SOLOPOS.COM - Tiga bocah Semaran, Desa Jurug, Mojosongo, Boyolali, beraksi saa jalan-jalan naik sapi di kampung mereka, Kamis (9/7/2020). (Solopos/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, BOYOLALI — Anak-anak dan remaja di Boyolali memiliki cara unik untuk menghabiskan sore hari yakni dengan jalan-jalan naik sapi. Ini unik mengingat di berbagai wilayah lain orang-orang sedang gandrung bersepeda.

Sejak zaman nenek moyang, sapi memang sudah biasa menjadi alat transportasi, terutama untuk menarik gerobak di perdesaan. Namun seiring perkembangan zaman dan teknologi, sapi semakin jarang dipakai untuk alat angkutan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sapi kebanyakan hanya menjadi hewan ternak untuk diambil daging atau susunya. Sedangkan untuk alat transportasi, masyarakat sudah terpenuhi dengan kendaraan seperti sepeda, sepeda motor, atau bahkan mobil.

Menguak Sisi Lain Solo di Masa Lalu Sebagai Kota Pelesiran Esek-Esek (Bagian I)

Karena itulah, tren jalan-jalan sore naik sapi di Boyolali yang belakangan muncul di tengah tren bersepeda menjadi unik. Tren unik ini dijumpai di Desa Semaran, Desa Jurug, Boyolali.

Sapi Peranakan Ongole

Kamis (9/7/2020) sore itu di halaman kandang sapi milik Marmin, warga Semaran, lima sapi jenis peranakan ongole (PO) tengah mendapat perawatan. Ada yang sedang diberi makan, ada yang sedang disikat bulunya, ada juga yang sedang dimandikan.

jalan-jalan naik sapi boyolali
Warga di Semaran, Desa Jurug, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali, menunggangi sapinya menelusuri jalan kampung, Kamis (9/7/2020). (Solopos/Bayu Jatmiko Adi)

Hampir semuanya memiliki warna kulit yang sama, putih keabu-abuan. Kecuali satu ekor yang memiliki corak kehitaman. Sapi-sapi itu memiliki penampilan yang khas, yakni memiliki gelambir di bagian leher bawah hingga ke bagian perut.

6 Pelaku Terkait Meninggalnya Pesilat Remaja Gatak Sukoharjo Masih Di Bawah Umur

Sedangkan di bagian punggung di dekat leher terdapat punuk atau daging yang menonjol. Sapi-sapi itu tampak santai dan menurut saja saat dituntun bahkan ditunggangi oleh anak-anak untuk jalan-jalan sore di Boyolali.

Anak-anak di lokasi itu pun tampak sudah terbiasa dan tanpa takut menunggangi sapi. Seperti yang dilakukan Riyan Febriyanto, yang baru berumur 15 tahun.

Pelajar kelas VIII SMP itu mengaku menunggang sapi sudah menjadi hobinya. Setiap sore, dia mengajak sapinya, si Bagong, untuk jalan-jalan. Seperti yang terlihat sore itu, Riyan terlihat tanpa ragu menaiki Bagong.

Bubar! Penyelenggara Pasar Rakyat Diberi Deadline Selasa Untuk Bongkar Wahana di Alkid Solo

Dia memanfaatkan tembok pagar kandang sebagai pijakan, kemudian melompat ke punggung sapi warna putih keabu-abuan yang beratnya sekitar 8 kuintal itu. Berbekal pelecut dan tali yang sudah diikat di leher sapi serta pelana di punggung sapi, dengan santai Riyan mengajak sapinya jalan-jalan.

Sesekali remaja Boyolali itu juga beraksi saat jalan-jalan naik sapi. Dia mengendarai sapi sambil berdiri di punggung sapi.

Ke Pusat Kota

Sore itu Riyan bersama warga lainnya mengajak sapinya berjalan mengelilingi kampung menuju area persawahan sekitar. Di lain waktu, tak jarang sapi-sapi itu juga diajak berjalan-jalan ke pusat kota.

Selain Tak Transparan Soal Bantuan, Warga Sebut Kades Wironanggan Sukoharjo Arogan

Pemilik sapi lain, Tedi Nugroho, 20, mengatakan setiap Sabtu atau Minggu Sore, dia dan teman-temannya sering menunggangi sapinya menuju alun-alun, simpang lima Boyolali, atau ke Pasar Hewan Sunggingan.

Belum lama ini bahkan video yang memperlihatkan aksinya saat jalan-jalan naik sapi di Boyolali itu viral. “Video itu [dibuat] sekitar dua bulan lalu, sebelum puasa. Kami jalan-jalan Sabtu sore. Saat ini kan sedang musim gowes, lalu pada bikin caption, kalau sekarang mau musim sapi sama kuda. Ternyata video sapi kami viral,” kata dia.

Namun di luar viralnya video itu, Tedi menyebutkan aksi menunggang sapi sudah menjadi kegiatan yang biasa dilakukannya bersama teman-teman dan anak-anak di sekitar tempat tinggalnya. Tujuan dari kegiatan itu salah satunya tak lain untuk hiburan.

Suami Istri Asal Mojosongo Solo Positif Covid-19, Ada Riwayat Ke Surabaya

“Tujuannya ya hanya untuk jalan-jalan saja menghibur diri selepas pulang merumput, capek, lalu kami buat hiburan sendiri,” kata dia.

Dia berharap lewat kegiatan jalan-jalan naik sapi di Boyolali itu bisa kembali memopulerkan sapi PO yang memiliki banyak manfaat. Pada zaman dulu sapi tersebut menjadi andalan untuk menarik pedati sebagai alat transportasi.

Harga Sapi

Dia juga berharap dengan populernya sapi PO akan berpengaruh pada harganya. Bagi yang tertarik membeli, harga sapi PO berkisar antara Rp30 juta hingga Rp90 juta, tergantung ukuran. Bobotnya bisa mencapai 9,5 kuintal.

Cara Mencegah Anak Kecanduan Gadget, Nomor 2 Bisa Nggak?



Sedangkan untuk anakan sekitar Rp15 juta hingga Rp22 juta. Namun untuk bisa ditunggangi, sapi-sapi perlu mendapatkan latihan khusus.

“Lama latihan tergantung karakter sapinya. Kalau sudah sangat jinak, mungkin kurang dari sebulan sudah bisa. Kami ternak dan jual beli juga. Sapi yang sudah agak tua kami jual, kemudian kalau ada anakan yang berpotensi jumbo kami latih,” terang dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya