SOLOPOS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin. (Twiotter@KremlinRussia_E)

Solopos.com, PANAMA CITY – Uni Eropa (UE) berharap meloloskan sanksi putaran keenam terhadap Rusia pada pertemuan Dewan Urusan Luar Negeri UE berikutnya.

Kepala diplomat UE, Josep Borrell, pada konferensi pers di Panama City, Senin (2/5/2022), mengatakan bahwa UE berharap untuk mengekang ekspor energi Rusia sebagai bagian dari upaya memberi sanksi kepada Moskow atas invasi ke Ukraina.

Promosi Desa BRILiaN 2024 Resmi Diluncurkan, Yuk Cek Syarat dan Ketentuannya

Komisi Eropa itu, cabang eksekutif UE, diperkirakan mengusulkan paket sanksi Uni Eropa minggu ini, termasuk kemungkinan embargo untuk membeli minyak Rusia. Sanksi itu merupakan sebuah tindakan yang akan membuat Moskow kehilangan aliran pendapatan yang besar, tapi sejauh ini sanksi itu telah memecah belah negara-negara Uni Eropa.

Borrell, yang memimpin pertemuan Dewan Urusan Luar Negeri, mengatakan dia berharap UE akan dapat mengambil “langkah-langkah untuk membatasi impor ini secara signifikan” tapi mengakui sejauh ini tidak ada kesepakatan dari semua anggota.

Ekspedisi Mudik 2024

“Tapi saya yakin bahwa, setidaknya terkait dengan impor minyak, kesepakatan ini akan mungkin terjadi antara sekarang dan pertemuan Dewan berikutnya,” tambahnya.

Baca Juga: Perang Ukraina Turunkan Perkiraan Pertumbuhan Global, Ini Kata IMF

Dewan itu menjadwalkan pertemuan pada 10 Mei dan 16 Mei mendatang.Sebelumnya, para menteri energi negara anggota Uni Eropa (EU) mengadakan pembicaraan darurat untuk membahas upaya menanggapi permintaan Moskow agar pembeli Eropa membayar gas Rusia dalam rouble atau menghadapi pemutusan pasokan gas.

Rusia pekan lalu menghentikan pasokan gas ke Bulgaria dan Polandia setelah kedua negara itu menolak untuk membayar dengan mata uang rouble. Negara-negara EU tersebut sudah berencana untuk berhenti menggunakan gas Rusia tahun ini dan mengatakan mereka dapat mengatasi penghentian pasokan gas tersebut.

Namun, langkah Rusia itu telah menimbulkan kekhawatiran bahwa negara-negara Uni Eropa lainnya, termasuk Jerman, bisa menjadi target pemutusan pasokan gas berikutnya. Jerman, negara ekonomi besar di Eropa, bergantung pada pasokan gas Rusia.

Langkah pemutusan gas itu juga mengancam persatuan negara-negara EU melawan Rusia di tengah ketidaksepakatan mereka tentang tindakan yang benar dalam menyikapi langkah Rusia itu.

Baca Juga: 3.000 Lebih Warga Sipil Jadi Korban, Paus: Perang Ukraina Mengerikan

Ketika banyak perusahaan Eropa menghadapi tenggat waktu pembayaran gas pada akhir Mei, negara-negara Uni Eropa memiliki kebutuhan mendesak untuk memastikan apakah perusahaan dapat terus membeli bahan bakar tanpa melanggar sanksi Uni Eropa terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina.

Moskow telah mengatakan bahwa para pembeli gas asing harus menyetor euro atau dolar ke rekening di bank swasta Rusia Gazprombank, yang akan mengubahnya menjadi rouble. Komisi Eropa telah memberi tahu negara-negara EU bahwa mematuhi skema Rusia itu dapat melanggar sanksi terhadap Rusia.

Namun, Komisi Eropa juga menyarankan bahwa negara-negara EU dapat melakukan pembayaran energi yang sesuai dengan sanksi jika mereka menyatakan pembayaran selesai setelah dilakukan dalam euro dan sebelum dikonversi menjadi rouble.

Brussels menyusun panduan ekstra untuk hal itu setelah Bulgaria, Denmark, Yunani, Polandia, Slowakia, dan sejumlah negara lainnya pekan lalu mendesak untuk saran yang lebih jelas.

Rusia pada Jumat (29/4/2022) mengatakan tidak melihat ada masalah dengan keputusannya, yang menganggap kewajiban pembeli dipenuhi hanya setelah pembayaran mereka telah dikonversi ke rouble.

Baca Juga: Rusia Kuasai Mariupol Ukraina, AS Tambah Pasokan Senjata

Meskipun Bulgaria dan Polandia menolak untuk terlibat dengan skema Moskow itu, Jerman telah menyerukan agar Komisi Eropa memberikan solusi yang memungkinkan perusahaan untuk membeli gas dari Rusia. Namun, Hongaria mengatakan pembeli dapat terlibat dengan mekanisme Rusia itu.

Aturan pembayaran gas dalam rouble dapat membantu melindungi ekonomi Rusia dari dampak sanksi, sementara pendapatan bahan bakar dapat membantu membiayai agresi yang disebut Rusia sebagai “operasi militer khusus”. Rusia memasok 40 persen pasokan gas ke EU dan memenuhi 26 persen impor minyak EU.

Ketergantungan pada pasokan energi dari Rusia itu membuat Jerman dan beberapa negara EU lain sejauh ini menolak seruan untuk penghentian tiba-tiba impor bahan bakar Rusia karena khawatir akan kerusakan ekonomi.

Uni Eropa sedang menuju larangan impor minyak dari Rusia pada akhir 2022, kata para diplomat EU setelah pembicaraan antara Komisi Eropa dan negara-negara EU akhir pekan lalu untuk menghadapi pertemuan pekan ini.

Baca Juga: AS hingga Kanada Walk Out Saat Rusia Bicara, Sri Mulyani Tak Terkejut

Para duta besar negara EU dalam pertemuan pada Rabu (4/5/2022) akan membahas paket keenam sanksi Uni Eropa terhadap Moskow yang sedang disusun oleh Komisi Eropa. Para menteri energi EU pada Senin juga akan membahas kebutuhan untuk segera mengamankan pasokan gas dari sumber non-Rusia dan mengisi persediaan saat negara-negara EU bersiap menghadapi guncangan pasokan.

Ketergantungan negara-negara EU pada pasokan gas Rusia bervariasi, tetapi analis mengatakan penghentian total gas Rusia akan menjerumuskan negara-negara EU, termasuk Jerman, ke dalam resesi dan memerlukan tindakan darurat seperti penutupan pabrik untuk mengatasinya.



Austria, Hongaria, Italia dan Slowakia selama pertemuan pada akhir pekan lalu menyatakan keberatan tentang gagasan embargo minyak Rusia, kata para diplomat EU.

Komisi Eropa pada akhir Mei akan mengungkap rencana untuk mengakhiri ketergantungan Eropa pada bahan bakar fosil dari Rusia pada 2027, termasuk dengan memperluas penggunaan energi terbarukan dan merenovasi bangunan untuk mengonsumsi lebih sedikit energi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya