SOLOPOS.COM - Rupinem menunjukan burung-burung puyuh yang mati mendadak sebelum dibakar dan dikubur, Senin (5/1/2015). (JIBI/Harian Jogja/Holy Kartika N.S.)

Unggas mati mendadak, tepatnya untuk jenis ayamm, etog dan gemak terjadi di Lendah, Kulonprogo.

Harianjogja.com, KULONPROGO – Ribuan ekor burung puyuh yang diternakkan Ponijo, 75, warga Dusun Sedan, Desa Sidorejo, Lendah tiba- tiba mati mendadak, Senin (5/1/2015). Akibat kejadian tersebut kerugian ditaksir mencapai puluhan juta rupiah.

Promosi Ijazah Tak Laku, Sarjana Setengah Mati Mencari Kerja

Ponijo mengatakan sebelum kejadian tersebut, puluhan ekor ayam dan entog mati mendadak pada, Minggu (4/1/2015) pagi. Setelah melakukan pembersihan dan membakar unggas mati mendadak tersebut, dia kemudian menyemprot kawasan kandang lainnya agar penyakit tidak menjalar pada ternak lain.

“Saya lalu bersihkan semua kandang dan disemproti obat. Bahkan, beberapa unggas yang sudah menunjukkan tanda-tanda sakit sudah diberi obat, tapi tidak mempan. Malah, kemudian menyebar ke kandang burung puyuh,” ujar Ponijo saat ditemui di rumahnya.

Sore itu juga, lanjut Ponijo, satu kandang burung puyuh berisi lebih dari 2.000 ekor mati mendadak. Dia mengaku, telah melakukan sejumlah penanganan agar virus tersebut tidak menyebar ke kandang lain. Namun, ternyata pada keesokan harinya, sekitar 1.000 ekor burung puyuh yang berada di kandang sebelahnya juga ikut tertular dan mati mendadak. Sampai saat ini, dia juga belum dapat memastikan penyakit apa yang membuat unggas mati mendadak.

“Sudah puluhan tahun saya membudidayakan gemak, tapi baru kali ini kejadian mati mendadak sampai sebanyak ini. Padahal, usia gemak sedang sangat produktif bertelur,” jelas Ponijo.

Rupiyem, 68, pemilik ternak burung puyuh lainnya juga menambahkan, total unggas yang mati tersebut mencapai 3.000 ekor lebih. Dia mengatakan, dalam satu kali bertelur setidaknya dalam satu kandang dengan 1.000 ekor puyuh, paling tidak bisa menghasilkan telur hingga 700 butir. Sedangkan satu butir telur, dihargai sekitar Rp230.

“Tadinya sudah ada bakul [pedagang] yang mau membeli 1.000 ekor. Tapi karena kejadian ini akhirnya ada yang tidak jadi, tidak mau ambil risiko rugi lebih besar,” imbuh Rupiyem.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya