SOLOPOS.COM - Petugas PDSR Diskepenak Kulonprogo dan warga menyemprot disinfektan pada bungkusan bangkai burung puyuh yang akan diujikan ke laboratorium Balai Besar Veteriner (BBVET). (JIBI/Harian Jogja/Holy Kartika N.S.)

Unggas mati mendadak yang terjadi di Sedan, Kulonprogo telah melalui uji laboratorium. Ribuan burung puyuh itu dinyatakan terinfeksi Flu Burung.

Harianjogja.com, KULONPROGO – Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan (Diskepenak) Kulonprogo telah memastikan kasus kematian unggas di Dusun Sedan, Desa Sidorejo, Kecamatan Lendah, positif terjangkit Avian Influenza (AI) alias flu burung. Pemeriksaan diperkuat dengan hasil uji laboratorium dari sampel bangkai unggas ke Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kami baru saja menerima laporan hasil uji lab dari sampel yang kami kirimkan Selasa lalu. Hasilnya, ternyata unggas-unggas tersebut positif
terkena AI,” ujar Kepala Diskepenak Kulonprogo Endang Purwaningrum saat ditemui di kantornya, Kamis (8/1/2015).

Sebelumnya, pada Senin (5/1/2015) peternakan unggas milik Ponijo tersebut dikejutkan dengan ribuan ekor burung puyuh yang mati mendadak.
Petugas Participatory Disease Surveillance Response (PDSR) Diskepenak Kulonprogo Ambar Widuri mengatakan, kejadian kematian unggas
tersebut diawali dengan kematian mendadak unggas lain seperti ayam dan entok. Dia mengungkapkan, dalam sekejap penyakit tersebut
langsung menyebar dan menginfeksi ribuan burung puyuh.

“Tes untuk mendeteksi virus sudah dilakukan, namun kemarin sempat negatif. Setelah mendapatkan hasil laporan bahwa ternyata unggas itu
positif AI, kami mengupayakan pembagian disinfektan ke masyarakat di sekitar lokasi tersebut,” papar Ambar.

Lebih lanjut Ambar mengatakan penanganan kasus flu burung tidak ada radius khusus, sehingga tidak perlu adanya isolasi kawasan. Namun,
kata dia, apabila ada satu titik yang terpapar virus tersebut dalam satu desa, maka desa tersebut dinyatakan sudah tertular Avian Influenza.
Ambar menambahkan, usai mengetahui hasil lab itu, maka akan dilakukan sosialisasi kepada masyarakat.

“Jangka waktu wilayah tersebut dapat terbebas dari virus, kira-kira selama dua kali masa inkubasi. Paling tidak sekitar dua bulan setelah
kematian terakhir. Nantinya akan dilihat apakah intensitas kematian unggas sudah menurun atau seperti apa,” jelas Ambar.

Hariban Tri Prasetyo, anak pemilik peternakan berharap, segera ada tindakan terhadap kejadian itu. Pasalnya, kejadian kematian ribuan ekor
unggas yang diternakan keluarganya itu baru dialami kali itu. Akibat kejadian tersebut, dirinya mengaku kerugian yang ditanggungnya mencapai
puluhan juta rupiah.

“Banyak pedagang yang sudah pesan membatalkan karena tidak mau ambil risiko. Kami berharap segera ada tindak lanjut pada kasus ini, agar
penyakit pada burung puyuh ini tidak menyebar dan membahayakan lingkungan sekitar. Apalagi di sini peternakan unggas cukup banyak,” papar
Hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya