SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SUKOHARJO — Warga Kuncen, Makamhaji, Kartasura, berencana mengajukan MoU tentang pemasangan tiang listrik dikembalikan seperti semula. Pasalnya tiang listrik darurat yang dibuat akibat pembangunan underpass dinilai tidak aman.

“Tiang listrik ini [darurat] tidak aman karena tidak ada trafo dan hanya gulungan kabel yang diikat. Oleh karena itu kami berencana akan membuat Mou antara pemilik lahan yang dilewati tiang listrik darurat dan pelaksana proyek untuk mengembalikan tiang listrik seperti semula ketika pembangunan selesai supaya aman,” ungkap warga Kuncen RT 001/RW 012, Ari Wijayanto, 30, saat ditemui Solopos.com di tempat usahanya, Rabu (30/1/2013).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebagai pemilik usaha yang berada di dekat underpass, Ari menuturkan pihaknya tidak ingin menuntut apapun selama pelaksanaan proyek berlangsung asalkan segera selesai. Hal ini karena dia mengaku ingin bisa segera memikirkan langkah selanjutnya untuk pengembangan usaha. Pasalnya kalau masih dalam proses pembangunan pihaknya mengaku kesulitan untuk mengembangkan usaha. Selain itu, menurut dia, warga Kuncen juga berencana mengajukan proposal kepada pelaksana proyek supaya memperbaiki jalan kampung yang digunakan sebagai jalan alternatif selama pembangunan underpass berlangsung.

Ekspedisi Mudik 2024

“Kami hanya akan meminta itu [perbaikan jalan dan normalisasi tiang listrik] ketika pembangunan selesai. Kami tidak ingin menginterupsi pekerjaan kontraktor yang nantinya malah membuat pembangunan underpass semakin molor. Biarkan mereka [pelaksana proyek] konsentrasi ke sana [underpass] nanti kalau sudah selesai jangan langsung ditinggal, tapi perbaiki dulu lingkungan sekitar yang terkena dampak proyek,” kata Ari.

Ari juga mengaku tidak kaget dengan adanya kemoloran pembangunan proyek. Dia mengaku sudah memperkirakan proyek tidak akan selesai tepat waktu bahkan setelah ada perpanjangan 50 hari dari waktu yang ditentukan dia mengaku masih belum bisa selesai. Ari menilai, pengaruh cuaca dan ketidakseriusan pekerja sangat mempengaruhi kemoloran tersebut.

“Kalau Minggu sampai Rabu, biasanya pekerja di underpass sepi, ramai kalau Kamis sampai Sabtu. Saya juga heran kenapa seperti itu. Padahal katanya ada sekitar 100 pekerja tapi ini sepi. Lampu yang digunakan untuk menerangi pekerja saat lembur biasanya hanya dinyalakan Kamis sampai Sabtu,” imbuh Ari.

Ketidakprofesionalan pekerja juga diungkapkan Kepala Desa Makamhaji, Zaenuri. Menurut dia, selain sedikitnya jumlah pekerja juga karena kemoloran. Oleh karena itu, pihaknya berharap akan ada kompensasi dari pelaksana proyek kepada masyarakat dan pemerintah desa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya