SOLOPOS.COM - Dua pekerja memperbaiki amblesnya permukaan jalan untuk pengendara motor pada sayap barat bagian selatan Underpass Makamhaji, Senin (22/12/2014). (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Underpass Makamhaji Sukoharjo hingga kini belum diseraterimakan dari kontraktor kepada pemerintah. Akibatnya, kontraktor menyebut tombok ratusan juta rupiah akibat perawatan underpass itu.

Solopos.com, SUKOHARJO–Belum adanya serah terima aset Underpass Makamhaji membuat PT Dian Previta, selaku kontraktor, tetap menanggung biaya operasional fasilitas umum tersebut selama setahun lebih.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Mandor proyek dari PT Dian Previta, Ngatmin, mengatakan sedianya kontraktor hanya menangung biaya operasional selama enam bulan sejak underpass itu diresmikan pada April 2013 lalu.

Sesuai aturan, sedianya pengelolaan aset underpass sudah diserahterimakan kepada Ditjen Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan (Kemenhub), pada Oktober 2013. Namun, hingga 14 bulan berselang, aset underpass masih dikelola oleh kontraktor.

“Setiap bulan kami harus membayar Rp1,6 juta untuk dua petugas jaga. Biaya listriknya mencapai sekitar Rp9 juta/bulan. Biaya solar sekitar Rp200.000/bulan. Itu belum termasuk biaya lain-lain  yang tidak terduga sepertiservice pompa, honor jasa perawatan, biaya pengelasan besi penutup drainase jika patah, dan lain-lain,” ujar Ngatmin saat berbincang dengan Espos di kompleks Underpass Makamhaji, Selasa (23/12/2014).

Menurut Ngatmin, biaya operasional Underpass Makamhaji setiap bulan bisa mencapai lebih dari Rp12 juta. Jika selama 14 bulan, operasional Underpass Makamhaji masih ditanggung kontraktor, maka total biaya yang sudah dikeluarkan mencapai lebih dari Rp168 juta.

“Tomboknya cukup banyak. Tapi, tidak mungkin ada biaya ganti rugi dari pemerintah. PT [Dian Previta] juga tidak mungkin menuntut ganti rugi karena selama ini sudah menjadi mitra kerja yang baik dengan pemerintah. Ini dilema,” tandasnya.

Terkait genangan air belum juga surut, Ngatmin mengaku sudah meminta bantuan perusahaan jasa sedot tinja karena dua pompa yang dinyalakan belum bisa bekerja dengan optimal. Namun, hingga Selasa siang, petugas dari perusahaan jasa sedot tinja tersebut belum juga datang.

“Saya ingin air di penampungan bisa disedot karena sudah penuh. Mungkin butuh beberapa tangki untuk menyedotnya supaya genangan bisa menyusut,” ucapnya.

Sementara itu, petugas jaga Underpass Makamhaji, Shofrony, menambahkan, membengkaknya biaya tagihan listrik hingga Rp9 juta dikarenakan penggunaan daya sebesar 53.000 Volt Ampere (VA).

Dalam kondisi normal, daya sebesar itu digunakan menghidupkan empat pompa dan empat lampu penerangan underpass. “Ada satu pompa yang terus menerus dihidupkan untuk menyedot genangan dari sumber air kendati tidak hujan sekalipun,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya