SOLOPOS.COM - Seorang warga menunjukkan undangan orang hajatan di masa pandemi dengan menggunakan sistem drive thru di Gedung SMS Sragen, Kamis (12/11/2020). (Tri Rahayu/Solopos)

Solopos.com, SRAGEN—Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen membuat pilot project dalam penerapan protokol kesehatan yang benar di lokasi hajatan mengingat di Sragen muncul klaster hajatan dalam penanganan wabah Covid-19.

Hajatan berskala cukup besar yang dihelat di Gedung Sasana Manggala Sukowati (SMS) Sragen pada Sabtu (14/11/2020) besok dilaksanakan dengan sistem drive thru.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Gemar Tidur Di Lantai, Waspadai Beragam Risiko Penyakitnya

Ekspedisi Mudik 2024

Hajatan yang direncanakan mengundang 1.200 orang tamu itu ditunjuk Pemkab Sragen sebagai model atau pilot project untuk penerapan protokol kesehatan yang bisa diadopsi bagi seluruh warga yang menggelar hajatan.

“Adanya klaster hajatan tak membatasi orang untuk menggelar hajatan. Sepanjang mentaati protokol kesehatan maka hajatan masih dibolehkan. Seperti yang akan dilaksanakan seorang pegawai negeri sipil (PNS) di Gedung SMS Sragen pada Sabtu besok menjadi pilot project protokol kesehatan, yakni dengan sistem drive thru,” ujarnya saat dihubungi Solopos.com, Kamis (12/11/2020).

Pindah ke Solo

Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) Sragen R. Suparwoto menyampaikan sebenarnya banyak warga Sragen yang ingin menyewa gedung milik Pemkab Sragen untuk hajatan. Dia mengatakan mereka kemudian pindah ke Solo karena Sragen masih belum mengizinkan dari pihak kepolisian. Woto, sapaan akrabnya, mengungkapkan belakangan ada PNS yang hendak menyeda Gedung SMS Sragen untuk hajatan berskala besar.

“Saya meminta ada pengetatan protokol kesehatan. Nah, ternyata sistemnya pakai drive thru. Jadi tamu datang itu masuk gedung bertemu penganten dan yang punya hajat, memasukan sumbangan, mengambil paket makanan, kemudian pulang. Ada petugas yang mengatur supaya tidak terjadi antrean, ada petugas yang mengatur tempat cuci tangan, dan seterusnya,” ujar Woto saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis siang.

Kabar Buruk, 7 Pasien Covid-19 Solo Meninggal Dalam Sehari, Positif Tambah 40 Orang

Woto menerangkan sistem drive thru itu dilakukan untuk menghindari kerumunan orang. Dia mengatakan setiap tamu pun diatur jam datanganya. Dia mengatakan untuk jumlah tertentu hanya diberi waktu 1,5 jam. “Jadi pergerakan tamu ini tidak berhenti tetapi terus jalan dan pulang. Satu tamu paling hanya dalam hitungan menit,” ujarnya.

Sementara itu, sejumlah warga di lingkungan tiga rukun tetangga (RT) di wilayah Desa Jetak, Kecamatan Sidoharjo, Sragen, melakukan penyemprotan disinfektan di lingkungan masing-masing untuk mengantisipasi adanya kasus Covid-19.

Kepala Desa Jetak, Sidoharjo, Sragen, Siswanto, mengatakan penyemprotan disinfektan khusus dilakukan di tiga RT saja karena adanya kasus warga yang terkonfirmasi positif Covid-19 meninggal dunia.

“Kampung itu tidak di-lockdown tetapi dari hasil tracing ditemukan sembilan orang kontak erat yang dilakukan swab test,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya