SOLOPOS.COM - Guru pengawas mendampingi siswa penyandang low vision membaca soal ujian nasional (UN) SMP di SMP YKAB Solo, Senin (22/4/2013). UN di sekolah tersebut diikut 4 siswa penyandang tuna netra dan 3 low vision. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Guru pengawas mendampingi siswa penyandang low vision membaca soal ujian nasional (UN) SMP di SMP YKAB Solo, Senin (22/4/2013). UN di sekolah tersebut diikut 4 siswa penyandang tuna netra dan 3 low vision. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

SOLO — Dua siswa di SMP berbeda terpaksa harus dijemput guna mengikuti Ujian Nasional (UN) SMP. Pasalnya, dua siswa tersebut enggan mengikuti UN lantaran terdapat permasalahan keluarga. Hal itu disampaikan Sekretaris Komisi IV DPRD Solo, Abdul Ghofar Ismail, di DPRD Solo, Senin (22/4/2013).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Ada dua siswa yang tadi dijemput. Mereka tidak mau ikut UN karena ternyata kondisi broken home di keluarganya,” ungkapnya.

Pihaknya mewanti-wanti sekolah untuk memberikan perhatian kepada dua siswa tersebut.
“Kami ketir-ketir juga kalau di tengah UN mereka tidak ikut ujian. Kami berharap selama empat hari UN ini keduanya tetap bisa ikut ujian,” terang politisi dari PKS itu.

Ghofar menerangkan dari 10 SMP yang didatangi oleh Komisi IV saat pelaksanaan UN di hari pertama, pelaksanaan UN relatif lancar.

“Kalau temuan tadi hanya ada siswa yang merasa nervous saat mengikuti ujian. Keluar keringat dingin. Kalau soal kehadiran tadi dari 10 sekolah itu 100% hadir,” jelasnya.

Terkait UN di Sekolah Luar Biasa (SLB) Yayasan Kesejahteraan Anak Buta (YKAB) Solo, Ghofar menerangkan pelaksanaan UN terpaksa dilakukan dengan cara soal dibacakan. Pasalnya, jika siswa diberikan diberikan soal dalam bentuk braile, waktu yang diberikan tak cukup untuk menyelesaikan soal UN.

“Pengalaman di SMA 8 kemarin, ternyata waktu yang diberikan itu tidak cukup untuk mengerjakan soal. Jadi tadi soal dibacakan oleh guru pendamping dan tetap ada pengawas,” paparnya.

Anggota Komisi IV DPRD Solo, Nindita Wisnu Broto, mengungkapkan terdapat tujuh siswa yang mengikuti UN SMP di SLB YKAB. Dari tujuh siswa tersebut, masing-masing mendapat guru pendamping untuk membacakan soal UN.

Disampaikannya, sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dikeluarkan dari pemerintah pusat, tidak ada toleransi tambahan waktu bagi siswa tuna netra untuk mengerjakan soal UN. Dijelaskannya, paling tidak siswa dengan kebutuhan khusus itu baru mampu menyelesaikan soal UN 30 menit lebih lama dibanding siswa dengan kondisi tubuh normal.

“Kan tidak bisa ditambah waktunya karena itu sudah aturan dari pusat. Pengalaman di SMA 8 kemarin, ya sekarang pelaksanaan UN untuk siswa tuna netra dilakukan dengan dibacakan. Kalau menggunakan huruf braile itu perlu tambahan 30 menit dari waktu normal,” urainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya