SOLOPOS.COM - Suasana pasar takjil di UMS Solo, Jl. Garuda Mas, Nilasari, Gonilan, Kec. Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat (8/4/2022). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO – Gelaran pasar takjil dadakan di kawasan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Solo, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo selalu diserbu pengunjung. Pedagang dan pembeli tumpah ruah memadati Jl. Garuda Mas, Nilasari, Gonilan setiap sore menjelang waktu berbuka puasa.

Pedagang es pisang ijo di kawasan setempat, Arifin, 27, mengaku hanya berjualan saat Ramadan tiba, untuk mengisi waktu luang. “Cuman pas ramadan [jualannya], hanya pegawai aja, cuma mengisi waktu daripada di rumah,” jelasnya kepada Solopos.com, Juat (8/4/2022).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Arifin menggelar lapaknya setiap hari sejak pukul 14.00 WIB hingga 17.30 WIB. Dalam sehari dia mampu menjual 50 gelas es pisang ijo dengan harga Rp7.000/gelas. Lebih lanjut, dia menyatakan, jika pasar tetap bagus hingga beberapa waktu mendatang, dia akan melanjutkan jualan musimannya itu. Arifin menambahkan, saat ini harga sewa jauh lebih murah dibandingkan hari biasa.

“Biasanya [sewa] didepan toko sudah Rp500.000/bulan. Kalau ini [jualan selama Ramadan] hanya bayar Rp2.000/hari untuk biaya kebersihan,” jelasnya.

Baca juga: Penjual Takjil Kawasan UIN Raden Mas Said Kartasura Raup Berkah Ramadan

Hal yang sama dikatakan oleh Tri, 40, pedagang es buah di pasar takjil UMS Solo. Dia mengaku baru kali pertama berjualan di sana. “Ini baru pertama kali, biasanya jualan di sekolah-sekolah,” kata pria yang juga penjual mie di sekolah-sekolah itu.

Tri mengaku mengambil kesempatan itu, untuk menyambung hidup. Sebelumnya, dia berjualan mi di sekolah-sekolah. Semenjak pandemi, ketidakhadiran siswa di sekolah membuatnya harus mencari cara lain mencukupi kebutuhan hidupnya.

pasar takjil ums
Suasana pasar takjil di UMS Solo, Jl. Garuda Mas, Nilasari, Gonilan, Kec. Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat (8/4/2022). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri)

Tri menambahkan agar jualannya lebih laris, dia menerapkan strategi marketing selama Ramadan dengan menerapkan sistem prasmanan saat menjual es buahnya. Namun menurutnya, strategi yang dia terapkan sempat tersendat, sebab lokasi dan padatnya jalan di kawasan pasar takjil UMS Solo tidak memungkinkan untuk menjual es buah secara prasmanan.

Kini Tri memilih mempersiapkan es buahnya dalam gelas-gelas, supaya pembeli lebih aman dan cepat saat melakukan transaksi. Selama Ramadan, pasar takjil di UMS Solo tepatnya di Jl. Garuda Mas bukan hanya menjadi jujukan mahasiswa untuk berburu takjil, tetapi juga warga Kartasura hingga daerah lainnya.

Baca juga: Berburu Takjil di Solo: Lokasi Baru Bermunculan, Yang Lama Tetap Eksis

Pasar Takjil Terlengkap

Salah satu pengunjung asli Makassar yang tinggal di kawasan itu, Yulita, 40, mengatakan sering mengunjungi kawasan itu untuk berburu takjil. “Kangen pisang ijo [makanan khas Makassar], biasanya bikin juga dirumah kalau sempat. Tapi karena saya bekerja juga lebih sering membeli, kan seger kalau buka puasa pakai es,” jelas perempuan yang tinggal di Jl. Embarkasi Haji, Donohudan, Ngemplak, Boyolali itu.

pasar takjil ums
Suasana pasar takjil di UMS Solo, Jl. Garuda Mas, Nilasari, Gonilan, Kec. Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat (8/4/2022). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri)

Sama dengan Yulita, warga asli Mayang, Gatak, Sukoharjo, Naima, 22, juga memilih berburu takjil di pasar tumpah kawasan UMS Solo. “Hanya lima menit dari rumah, sudah lebih sering disini. Mainnya juga sering kesini. Ini cari cemilan saja, soalnya di sini lebih lengkap dan pilihannya banyak,” jelasnya.

Baca juga: Ini Masjid di Solo Yang Sediakan Menu Takjil dan Buka Puasa Bersama

Warga Kartasura yang juga sebagai juru parkir, Triawan, 28, mengatakan kawasan itu memang selalu ramai saat bulan Ramadan terutama di jam menjelang berbuka puasa. Kerumunan orang yang tumpah ruah di sana sering kali menyebabkan kemacetan.

“Kalau Ramadan pukul 17.00 WIB mulai ramai sampai saat tarawih. Biasanya habis tarawih nanti juga ramai lagi. Kalau pagi kan tutup [penjual makanan di kawasan itu],” katanya.

Triawan mengaku bergantian dengan rekannya menjaga parkir. Dia mulai bekerja dari pukul 15.00 WIB hingga 22.00 WIB. Menurutnya, pendapatan sehari-hari yang dia dapatkan cukup untuk membeli makan. Ketika bulan Ramadan seperti ini, dia mendapat pendapatan sedikit lebih banyak dibandingkan hari biasa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya