SOLOPOS.COM - Kerajinan kulit di Manding Bantul (JIBI/Harian Jogja/Antara)

 

Gangguan cuaca seperti saat ini menjadi kendala untuk memproduksi kerajinan kulit.

Promosi Iwan Fals, Cuaca Panas dan Konsistensi Menanam Sejuta Pohon

Harianjogja.com, DEPOK– Gangguan cuaca dan hujan yang melanda wilayah DIY berdampak pada bisnis pengrajin kulit. Sebabnya, para pelaku kerajinan kulit selain kesusahan mencari bahan baku juga direpotkan oleh proses pengeringan alami untuk produk yang dibuat.

Saptono Rubini, salah seorang perajin kulit di Sambilegi, Maguroharjo, Depok mengaku jika gangguan cuaca seperti saat ini menjadi kendala untuk memproduksi kerajinan kulit. Pasalnya, bahan baku dengan kualitas baik sulit diperoleh. “Persediaan bahan baku dari supplier turun. Itu berdampak pada pelaku kerajinan kulit. Kami kesusahan mendapatkan kulit yang bagus,” ujarnya, Selasa (28/2/2017).

Menurutnya, hujan yang turun hampir setiap hari menyebabkan proses pengeringan kulit menjadi terhambat. Kondisi tersebut berdampak pada turunnya pasokan. Selain itu, hujan juga menyebabkan proses pengeringan warna pada kulit terhambat. “Kualitas warna kulit yang dihasilkan terkadang tidak sama. Warnanya jadi loreng-loreng. Itu yang menyebabkan kualitas bahan bakunya turun dan tidak sesuai dengan warna yang dipesan,” akunya.

Kondisi tersebut berdampak negatif bagi perkembangan bisnis kerajinan kulit. Seperti aksesoris, dompet, tas, sandal, sepatu kulit dan lainnya. Alhasil pengraji pun harus mencari bahan alternatif lain sebagai pengganti kulit. “Kalau saya, mencampur bahan dengan kombinasi kanvas. Harganya jauh lebih murah dari pada produk aksesoris kulit,” kata pria pemilik merk Mario Rubini itu.

Dia mengatakan, harga produk kombinasi kanvas dan kulit lebih murah 30% dibanding dengan produk kulit asli. Hal itu membuat keuntungan bisnis yang dijalaninya menurun. Jika harga satu produk dompet kulit dipatok Rp100.000, maka untuk produk kombinasi dihargai Rp70.000. Begitu juga dengan harga tas kulit dari Rp400.000 turun menjadi Rp380.000 dengan produk kombinasi.

Meski demikian, kendala cuaca yang dialaminya tetap dapat ditangani dengan baik. Sampai sekarang usaha kecil menengah (UKM) miliknya dapat memproduksi 100 unit kerajinan per bulan. Adapun pasokan bahan baku selama ini berasal dari Bantul. “Kami menggunakan kulit sapi. Hampir 90 persen bahab baku dari Bantul. Sisanya, 10 persen dipasok dari Sleman,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya