SOLOPOS.COM - Salah satu contoh hasil kerajinan dari ranting pohon yang akan diproduksi di kawasan Hutan Juwangi, Boyolali. (JIBI/Solopos/Istimewa)

UMKM Boyolali, warga di Juwangi mulai memanfaatkan ranting kayu menjadi mebel.

Solopos.com, BOYOLALI–Sekitar 20 perwakilan warga Desa Sambeng, Kecamatan Juwangi, Boyolali, mendapatkan kesempatan untuk mengikuti workshop mengolah ranting pohon hutan menjadi mebel rumah. Program tersebut mendapatkan dukungan penuh dari akademisi, eksportir, serta Kementerian Riset dan Teknologi Perguruan Tinggi  (Kemenristek dan Dikti) sebagai upaya menekan illegal logging.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Penggagas acara sekaligus pengrajin mebel asal Desa Temon, Kecamatan Simo, Sumarno, mengatakan selama ini warga yang tinggal di kawasan hutan hanya memanfaatkan ranting pohon hanya sebagai kayu bakar untuk kebutuhan memasak. Aktivitas warga itu, kata dia, tak jarang sulit dikendalikan ketika harus merusak hutan dengan dalih mencari kayu bakar. Hal inilah yang membuatnya tergerak mendampingi warga setempat untuk memanfaatkan ranting pohon sebagai mebel.

“Saya sudah menelusuri kondisi hutan di Juwangi. Banyak kawasan yang gundul. Saya kepikiran mengajak warga setempat untuk memberdayakan ranting pohon menjadi perabotan yang lebih bernilai jual tinggi,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (27/7/2016).

Sumarno mengaku telah bereksperimen lama untuk membuat mebel berbahan dasar ranting pohon. Hasilnya, tak hanya meja, kursi, atau aneka hiasan rumah berbahan ranting, Sumarno juga siap menyulap kayu ranting menjadi gazebo. “Ada 20 warga di Desa Sambeng yang akan kami latih dulu. Pemasaran nanti bekerja sama dengan eksportir asal Sukoharjo,” tambahnya.

Program tersebut, lanjut Sumarno, mendapatkan dukungan penuh dari Kemenristek Dikti melalui program Strategi Nasional (Stragnas). Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Solo juga terlibat aktif dalam pendampingan warga untuk memproduksi mebel bernilai seni.

Ketua Tim Peneliti Stragnas ISI Solo, Sri Hesti Heriwati, membenarkan bahwa sejumlah akademisi dari ISI Solo terlibat dalam program tersebut. ISI juga telah menggandeng sejumlah pihak di Jakarta untuk memamerkan produk-produk warga yang tinggal di kawasan gutan Juwangi. “Nantinya, produk mereka ini akan kami angkat ke kancah Nasional. Tema yang kami usung ialah menekan laju illegal logging dengan memberdayakan warga melalui kerajinan mebel,” paparnya.

Pejabat Humas Perhutani Telawa Jateng, Sulastri, menyambut gembira program yang digagas pengrajin mebel serta akademisi itu. Ia tak menampik selama ini tak sedikit hutan yang rusak karena aktivitas warga setempat yang tak mengindahkan aturan pemanfaatan hutan.

“Sejauh ini memang ada yang [warga] nakal, susah diatur dan bandel. Tapi mau gimana lagi,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya