SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SLEMAN—Upaya masyarakat lereng Merapi Desa Glagaharjo Cangkringan untuk mendapatkan air terus dilakukan. Umbul Bebeng yang berada di hulu Kali Gendol belum dapat dialirkan karena masih menunggu pipa instalasi air. Sumber air tersebut tertimbun pasir setebal 20 meter.

Salah satu relawan yang turut melakukan pelacakan Umbul Bebeng, Kecik menjelaskan, debit air sudah meningkat menjadi 30 liter per detik meski masih ada kandungan belerang. Ia memastikan jika instalasi sudah tersedia, air  bisa disalurkan ke rumah warga.

Promosi Selamat Datang di Liga 1, Liga Seluruh Indonesia!

“Memang ada kandungan sulfur, tapi kalau dari mata airnya disalurkan langsung ke rumah penduduk bisa langsung dikonsumsi,” katanya saat berbincang dengan Harian Jogja, Selasa (13/9).

Kandungan sulfur itu, lanjut Kecik diakibatkan karena timbunan material yang sangat tebal. Butuh satu bulan untuk mengeruk material pasir dan batu setebal 20 meter menggunakan backhoe.

Kepala Desa Glagaharjo Cangkringan, Suroto menuturkan, masyarakat Glagaharjo kesulitan mendapatkan air. Sementara ini masyarakat hanya mengandalkan dropping dengan tangki yang dihargai Rp120.000 per 5.000 liter.

Satu hari, butuh sekitar 10 tangki untuk tiga padukuhan yakni Srunen, Kalitengah Kidul dan Kalitengah Lor. “Satu tangki cukup untuk dua minggu, tapi untuk ngombor ternak cukup 10 hari,” jelasnya. (Harian Jogja/Akhirul Anwar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya