SOLOPOS.COM - Taman Doa Candi Biyung Mariyah di Kapel Stefanus Bunder, Desa Bandungan, Kecamatan Jatinom diresmikan, Senin (29/5/2023) malam. (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Umat Katolik menghadiri misa peresmian Candi Biyung Mariyah di Kapel Stefanus Bunder, Desa Bandungan, Kecamatan Jatinom, Senin (29/5/2023) malam. Taman doa yang dibuat dalam waktu 2,5 bulan itu menampilkan patung Bunda Maria mengenakan pakaian adat Jawa.

Taman doa itu di desain seorang umat Katolik bernama Frederico Purtiwi Dwi Setianto yang akrab disapa Rico. Proses desain hingga pembuatan dan selesai sekitar 80 hari.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Rico menjelaskan material yang digunakan untuk membuat taman doa itu menggunakan batu andesit dari lereng Gunung Merapi. Patung dibuat menggunakan batu andesit utuh setinggi 2,5 meter yang harus diangkat oleh tujuh hingga delapan orang dewasa.

Patung itu dibuat oleh seorang pematung asal Muntilan, Ismanto. Sementara, material lainnya untuk membuat taman doa itu menggunakan batu andesit dari lereng Merapi wilayah Klaten.

Rico mengatakan ide awal pembuatan taman doa itu untuk mengusung lokalitas yang ada di kawasan Bunder. Warga di lingkar Merapi sering menyebut bagian sisi timur Gunung Merapi dengan nama Biyung Bibi.

“Kenapa tidak, penyebutan biyung ini kami gunakan menjadi nama Biyung Mariyah. Biyung itu ibu yang melahirkan, merawat, dan menyusui. Kemudian ingin mengangkat lagi konsep bangunan kuno awal nusantara. Yang sebenarnya punden berundak yang menjadi dasar pembuatan candi. Kami sepakat mengusung itu kemudian saya desain dengan punden berundak terdiri dari delapan trap,” kata Rico saat ditemui di sela peresmian.

Sementara itu, patung yang dibuat mengangkat sosok Bunda Maria sebagai wanita Jawa mengenakan pakaian adat Jawa dengan terlihat stagen serta jarik bermotif kawung.

“Makna dari kawung itu agar apa yang menjadi permohonan itu sampai ke atas dan menyebar ke mana-mana,” kata Rico.

Ketinggian patung Biyung Mariyah itu sekitar 165 sentimeter dengan posisi sedang duduk di padma.

“Ini untuk melambangkan tingkatan yang lebih tinggi sesuai konsep biyung. Posisinya dibuat diagonal sesuai peta letak di sini melihat ke Merapi agak serong ke utara sedikit,” kata dia.

Salah satu tangan patung itu terlihat memegang kendi yang memiliki makna tersendiri dan terikat kuat dengan apa yang dilakukan warga Bunder.

Selama ini, warga Bunder dikenal dengan komunitas Kandang Banyu Udan, para pemanen air hujan.  Air dari langit itu mereka tampung kemudian mereka olah dengan proses elektrolisis hingga diperoleh dua macam sifat air yakni asam dan basa.

“Kendi itu berisi dengan air hujan yang sudah diproses elektrolisis dan bisa diambil,” jelas Rico.

Rico mengatakan lokalitas tak hanya dalam perwujudan sosok Bunda Maria sebagai wanita Jawa serta bahan yang digunakan. Pembuatan taman doa itu dilakukan oleh warga setempat.

“Harapan saya yang jelas bagaimana caranya kita semua lebih cinta terhadap budaya yang ada di masing-masing wilayah. Kedua lebih memahami sosok ibu seperti apa. Dan berikutnya apapun yang diperbuat dan dikerjakan itu, lokalitas sangat utama. Jangan sampai lupa dengan akarnya,” kata dia.

Ketua panitia, Agustinus Gunawan, mengatakan Taman Doa Biyung Mariyah itu berkonsep seperti candi dan terbuat dari batu andesit lereng Gunung Merapi.

“Awalnya ada umat Katolik dari Jakarta yang ingin membantu membuat taman doa serta patungnya. Kemudian ditindaklanjuti oleh umat gereja untuk membuat taman doa yang seperti saat ini,” kata Gunawan.

Gunawan berharap dengan dilengkapinya taman doa, umat gereja setempat bisa semakin rajin beribadah.

“Harapannya kami semakin dekat dengan Bunda Maria semakin sregep sembahyang,” kata dia.

Gunawan mengatakan sosok Bunda Maria yang ditampilkan sebagai wanita Jawa. Bisa jadi, patung Bunda Maria dengan sosok wanita Jawa tersebut menjadi yang pertama di dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya