SOLOPOS.COM - Kanker payudara. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Kanker payudara menempati urutan kedua kanker yang mematikan. Bahkan, kasus kematian pada pasien kanker payudara di Indonesia sebanyak 22.430 orang atau sekitar 9,6 persen.

Sama seperti kanker jenis lainnya, kanker payudara bukan merupakan penyakit yang berkembang hanya semalam saja. Maka dari itu, Spesialis Kanker Payudara, Dr. See Hui Ti, berpesan kepada kaum perempuan untuk mengurangi faktor risiko sehingga bisa mencegah kanker berkembang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Perempuan yang juga berprofesi sebagai Onkologi Medis dari Parkway Cancer Centre, Singapore itu mengatakan saat ini terdapat beragam anggapan yang keliru tentang penyebab kanker yang banyak menyerang perempuan itu.

Salah satunya tentang ukuran payudara yang besar. Banyak yang beranggapan seorang perempuan yang mempunyai payudara besar lebih berisiko terkena kanker payudara. Menurut dia, tidaklah benar bahwa semakin besar payudara perempuan maka semakin tinggi pula kemungkinan untuk terkena kanker payudara.

Baca Juga: Kenali Manfaat Lari seperti Dilakukan Gisella Anastasia

Namun, risiko meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Kejadian kanker paling banyak ditemukan pada wanita berusia antara 55 dan 59 tahun.

“Sebagai panduan umum, bila Anda berusia kurang dari 40 tahun, Anda harus melakukan pemeriksaan sendiri secara teratur. Bila Anda berusia lebih dari 40 tahun, selain melakukan pemeriksaan sendiri secara teratur, Anda sebaiknya juga melakukan mamografi tahunan,” ungkap Dr. See, dalam rilis tertulisnya yang diterima Solopos.com pada Selasa (27/9/2022).

Spesialis Kanker Payudara, Dr. See Hui Ti. (Istimewa)

Bukan hanya soal ukuran, payudara nyeri dan bengkak menjelang menstruasi ternyata juga bukan melulu menjadi penyebab munculnya kanker.

Dr. See mengatakan nyeri payudara menjelang menstruasi merupakan hal normal. Nyeri, rasa sakit atau pegal pada payudara merupakan suatu gejala pramenstruasi yang akan hilang seiring dengan dimulainya menstruasi. Sementara itu, nyeri akibat kanker payudara tidaklah datang dan pergi dengan perubahan siklus hormon.

Baca Juga:  Ketahui Penyebab Menstruasi Pertama Terlambat Datang

“Namun, perhatikan bila ada benjolan yang tak kunjung hilang, perubahan bentuk pada puting Anda, keluar cairan dari puting, atau terdapat kemerahan atau ruam yang tidak diketahui penyebabnya pada payudara Anda. Berkonsultasilah dengan dokter bila Anda mengalami salah satu dari tanda dan gejala ini. Namun, cobalah untuk tidak melakukan mamografi atau ultrasonografi payudara satu minggu sebelum atau selama menstruasi, karena hal ini dapat mempengaruhi ketepatan pemeriksaan. Anda dapat melakukannya sedikitnya satu minggu setelah haid Anda selesai,” kata Dr. See.

Skrinning Kanker Payudara

Pada kesempatan itu, Dr. See juga memberikan informasi terkait dengan gejala dari kanker payudara. Beberapa di antaranya, terdapat benjolan di dalam payudara yang tidak menimbulkan nyeri, gatal dan ruam yang tak kunjung hilang di sekitar puting, pendarahan/keluar cairan yang tidak biasa dari puting, puting masuk atau tertarik ke dalam, kulit payudara membengkak dan menebal serta kulit payudara berlesung atau mengerut.

“Cara terbaik untuk mengelola risiko adalah dengan skrining dan mendeteksi kanker sedini mungkin sehingga dapat diobati dengan sederhana dan efektif,” jelas Dr. See.

Baca Juga: Ketahui Kapan Payudara Wanita Berhenti Tumbuh

Saat ini skrinning kanker payudara yang bias dilakukan adalah dengan mamografi maupun USG. “Bila Anda berusia di bawah 50 tahun, memiliki payudara yang padat dan merasakan sebuah benjolan dalam payudara Anda, saya merekomendasikan untuk melakukan mamografi serta ultrasonografi payudara. Namun, mamografi masih tetap merupakan perangkat skrining yang dapat diandalkan, mudah dan relatif tidak mahal, karena ia dapat mendeteksi benjolan kanker sebelum mereka dapat dirasakan dengan tangan,” jelas Dr. See.

Perlu diketahui, Dr. See menyebutkan terdapat beberapa faktor risiko seseorang terkena kanker payudara. Adapun di antaranya memiliki anak di lima, berusia di atas 40 tahun, tingkat olahraga rendah, ada riwayat keluarga mengidap kanker payudara, tidak menyusui, stres dan BMI tinggi.

Baca Juga:  Kerap Tidak Disadari, Kenali Gejala Umum Kanker Payudara

Dr. See secara garis besar lebih menyoroti bahwa obesitas ternyata juga bisa menyebabkan kanker payudara. Secara umum, semakin besar BMI, “Untuk mempertahankan BMI normal, saya merekomendasikan strategi diet optimal yang menggabungkan asupan protein yang lebih tinggi, serat untuk nutrisi dan karbohidrat untuk energi, dengan mengurangi asupan gula dan olahraga ringan,” kata Dr. See.

Sedangkan faktor-faktor yang mengurangi risiko kanker payudara menurut Dr. See di antaranya, memiliki 1-3 anak, terapi hormon, diet sehat, hingga melakukan olahraga teratur. Selain itu, terjadi kegagalan ovarium prematur, suplemen vitamin D dan BMI rendah.

“Memahami faktor-faktor yang dapat dimodifikasi yang dapat meningkatkan dan mengurangi risiko kanker payudara dapat membantu perempuan membuat perubahan positif pada gaya hidup mereka untuk mencegah penyakit,” jelas Dr. See.

Namun, Dr. See mengingatkan masyarakat bahwa telah melakukan perubahan gaya hidup yang baik, perempuan ternyata masih bisa terkena kanker payudara. Oleh karena itu, penting untuk menyadari tanda-tanda dan gejala kanker payudara.

Informasi ini disediakan oleh CanHOPE

CanHOPE merupakan layanan konseling & dukungan kanker non-profit, yang disediakan oleh Parkway Cancer Centre. Didukung oleh tim yang berpengalaman dan yang peduli untuk memberikan perawatan dan dukungan kanker yang holistik, berkualitas dan dipersonalisasi untuk mengkampanyekan deteksi dini, pilihan pengobatan dan kesadaran kanker melalui berbagai program kegiatan.



Untuk mengetahui kami lebih jauh dapat menghubungi web kami:
https://www.canhope.org/id/tentang-canhope/tentang-kami
Telp / WhatsApp:  +628111934673

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya