SOLOPOS.COM - UKSW adakan IICF 2022 yang menyajikan keberagaman Indonesia. (Istimewa)

Solopos.com, SALATIGA-Keberagaman Indonesia dari Sabang sampai Merauke tersaji  dalam gelaran acara Indonesian International Culture Festival (IICF) 2022 yang diadakan di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga sejak Selasa (19/7/2022) siang. Puluhan stand berhiaskan pernak-pernik khas etnis dari Sabang sampai Merauke berjajar di pinggir lapangan, sementara di tengah lapangan berdiri sebuah panggung megah.

Agenda tahunan yang merupakan pesta budaya dari, oleh, dan untuk mahasiswa ini kembali digelar setelah dua tahun diadakan secara online akibat pandemi Covid-19. Melalui festival yang dikemas apik dan informatif, para pengunjung dapat melihat pakaian adat, replika rumah adat, aksesoris dan pernak-pernik, serta makanan khas dari masing-masing daerah di Indonesia.

Bahkan pengunjung dapat mencicipi makanan yang disajikan secara gratis dan melihat pertunjukkan tari dan musik. Tahun ini, program UKSW tersebut mengusung tema Akulah Elemen Budaya.

Baca Juga: 3 Robot R2C Karya Mahasiswa UKSW Melenggang ke KRI Tingkat Nasional

Menurut Ketua Panitia IICF 2022 UKSW Salatiga, Viola Naduma Eirene, tema ini diharapkan dapat menyadarkan bahwa generasi muda harus berbangga menjadi bagian bangsa yang kaya akan budaya ini.

Mengutip siaran pers yang diterima Solopos.com, Rabu (20/7/2022), sebanyak 23 etnis mahasiswa serta perkumpulan mahasiswa asal Timor Leste yang ada di UKSW dikatakan Viola berpartisipasi dalam acara ini. Mereka adalah mahasiswa dan siswa Timor, etnis Minahasa, pelajar dan mahasiswa Maluku, mahasiswa Sulawesi Tengah, mahasiswa Moloku Kie Raha, Mahasiswa Sumatra Selatan, Mahasiswa Sumba), Etnis Batak Toba, Mahasiswa Jawa, Etnis Batak Karo.

Baca Juga: UKSW Gelar Wisuda Onsite, Rektor Lepas 559 Lulusan

Lainnya, keluarga Ononiha, mahasiswa Sulawesi Tenggara, mahasiswa Talaud se-DIY dan Jateng, mahasiswa dan pelajar Kalimantan Tengah, Perhimpunan Keluarga Kalimantan Salatiga, mahasiswa Perantauan Lampung, mahasiswa dan pelajar Papua Barat, keluarga Besar Bali, mahasiswa Siswa Toraja, Etnis Simalungun, mahasiswa Alor, persaudaraan Ana’u Tolada, mahasiswa Sangihe, serta Parurukat Togat Mentawai.

Tampak unik yakni stand HIMPPAR yang dihiasi dengan tiruan rumah adat Honai dari kayu dan atap jerami berbentuk kerucut. Di depannya, berdiri dua pasang mahasiswa yang memakai baju adat Papua berupa cawat dan koteka lengkap dengan aksesorisnya. Mereka juga memamerkan beberapa tas, hiasan dan juga kain khas Papua.

Stand yang tak kalah mencuri perhatian lainnya adalah dari PERWASUS. Mereka menampilkan miniatur rumah adat lengkap dengan kepala kerbau pada stand mereka. Jordan dan Agia, mahasiswa yang menjadi ikon etnis ini menjelaskan bahwa banyaknya tanduk kerbau melambangkan status sosial dari pemilik rumah tersebut.

Dalam budaya mereka, semakin banyak tanduk kerbau yang dipajang di depan rumah seseorang, diartikan dengan semakin tingginya status sosial seseorang. Makanan yang khas yaitu ubi jalar yang dinikmati dengan sambal dan roe tak lupa disajikan.

Baca Juga: Dua Prodi FTI UKSW Berhasil Raih Predikat Akreditasi Unggul

Singgah di stand lainnya, mahasiswa etnis Bali yang tergabung dalam KBBS menyuguhkan ayam suwir dan ayam lilit sebagai makanan khas Bali yang sering disajikan dalam acara-acara ucapan syukur. Ada pula gobogan yang berisi buah, minuman dan kue untuk upacara adat yang berhiaskan lambang dewa. Etnis Bali juga menampilkan kepala gogoh, kesenian Bali yang dibuat sendiri oleh mahasiswa dari etnis ini.

Siswi kelas V Sekolah Dasar (SD) Kristen Satya Wacana, Winona,  yang turut menikmati pesta budaya ini mengungkapkan kalau dirinya senang dapat melihat keanekaragaman budaya Indonesia. “Banyak makanan yang dipamerkan, ada makanan dari luar Jawa yang mirip dengan makanan disini. Walaupun aku belum pernah ke daerah lain di luar Jawa tapi aku bisa lihat makanan, baju adat, dan aksesorisnya disini,” ujarnya.

Gelaran IICF bertambah meriah dengan ditampilkannya beragam tarian dan band etnis. Dengan mengenakan pakaian adat, para mahasiswa tampak antusias menari. Dalam beberapa tarian bahkan penonton juga diajak menari bersama.

Tuai Apresiasi

Gelaran IICF 2022 yang diadakan UKSW ini menuai apresiasi positif dari sejumlah pengunjung dan tamu yang hadir. Kasdim Salatiga Kapten Inf. Hermanus menyatakan rasa bangga dapat menyaksikan sendiri keberagaman budaya Indonesia disatukan melalui pesta budaya UKSW ini. Dirinya berharap dapat menciptakan kerukunan anak-anak bangsa yang menimba ilmu di UKSW.

Baca Juga: Gelar Halalbihalal, UKSW Kembali Berikan Beasiswa untuk Jurnalis

Senada, Kepala Disbudpar Salatiga, Valentino Tanto Haribowo, MM., dapat merasakan euforia dari kegiatan yang sempat tidak diselenggarakan secara langsung akibat pandemi ini. “Dalam kunjungan ke kota-kota lain, saya belum pernah melihat ada kegiatan seperti yang UKSW selenggarakan. Semoga kegiatan ini dapat berkelanjutan dan jadi komitmen bahwa kita harus bergandeng tangan untuk tetap berkontribusi bagi negeri ini,” ungkapnya.

Vice President Djarum Foundation FX Supandji yang turut hadir kemarin mengungkapkan bahwa dirinya belum pernah menyaksikan representasi budaya dari etnis-etnis di Indonesia. Namun di UKSW dirinya melihat hal ini dikembangkan dengan baik oleh para mahasiswa. Jika selama ini banyak yang ingin memecah belah negara kesatuan Indonesia namun justru mahasiswa UKSW menyatukan perbedaan.

Kegiatan yang berlangsung hingga Rabu (20/7/2022) ini turut dihadiri oleh Pembantu Rektor III UKSW Andeka Rocky Tanaamah, S.E.,M.Cs, Pembantu Rektor IV Joseph Ernest Mambu, S.Pd., M.A., Ph.D.

Rekomendasi
Berita Lainnya