SOLOPOS.COM - Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UKSW Salatiga, Ir. Ferry F. Karwur, M.Sc., Ph.D.,(dua kanan) saat menandatangani kerja sama dengan Kepala Dinas Kesehatan Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dinkesdukcapil) Provinsi NTT, Ruth D. Laiskodat, S.Si., Apt., MM (tiga kiri) di UKSW, Senin (27/3/2023). (Istimewa/Humas UKSW Salatiga)

Solopos.com, SALATIGA — Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga resmi menjalin kerja sama dengan Dinas Kesehatan Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi (Dinkesdukcapil) Nusa Tenggara Timur (NTT).

Perjanjian kerja sama tersebut ditandatangani Dekan FKIK Ir. Ferry F. Karwur, M.Sc., Ph.D dan Kepala Dinkesdukcapil Provinsi NTT Ruth D. Laiskodat, S.Si., Apt., MM di ruang F 114 UKSW Salatiga, Senin (27/3/2023).

Kerja sama dalam bidang pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi ini akan berlangsung selama lima tahun ke depan. Salah satu tujuan diadakannya kerja sama kedua belah pihak, yakni meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sivitas akademika FKIK UKSW, khususnya mahasiswa melalui pelayanan di wilayah kerja Provinsi NTT.

Di samping itu, kerja sama ini juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan Dinkesdukcapil Provinsi NTT melalui penerapan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki FKIK UKSW.

Lebih lanjut, Dekan FKIK UKSW mengungkapkan kerja sama ini dilakukan sebagai salah satu bagian dari proses pembukaan Program Studi Kedokteran Program Sarjana dan Pendidikan Profesi Dokter Program Profesi di FKIK UKSW.

Fakultas yang dipimpinnya akan mengembangkan pembelajaran karakter wilayah perdesaan terpencil dan kepulauan dalam rangka mencetak dokter yang bisa bekerja adaptif di berbagai wilayah. Berbagai wilayah yang dimaksud berada di perdesaan, kepulauan, dan daerah perbatasan.

Dekan Ir. Ferry F. Karwur juga menyampaikan bahwa dokter kebanyakan berpusat di kota besar saja, seperti di Salatiga, Magelang, Tegal dan Solo. Hal seperti itu terjadi di pulau Jawa, terlebih di kawasan timur Indonesia.

“NTT menjadi satu laboratorium yang sangat penting sehingga perlu kerja sama dengan institusi di provinsi dan kabupaten. Kami juga telah menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan. Hal ini menjadi bagian dalam proses pembukaan Prodi Program Studi Kedokteran Program Sarjana dan Pendidikan Profesi Dokter Program Profesi,” terang Dekan FKIK.

Hal yang sama juga disampaikan Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi dan Kewirausahaan, Prof. Dr. Ir. Eko Sediyono, M.Kom. Mahasiswa dan dosen FKIK bisa terlibat dalam penanganan kesehatan di NTT.

Tidak hanya di NTT, riset dan pengabdian masyarakat yang dilakukan UKSW diharapkan bisa dilakukan di semua daerah di Indonesia.

“FKIK sudah siap dengan penandatanganan kerja sama ini, semoga bisa berjalan dengan baik sehingga peran UKSW benar-benar dirasakan seluruh masyarakat Indonesia, salah satunya NTT. Mahasiswa FKIK yang berasal dari NTT nantinya setelah lulus juga bisa kembali ke NTT untuk membangun NTT, khususnya di bidang kesehatan,” kata Prof. Dr. Ir. Eko Sediyono.

Penandatanganan kerja sama itu dirangkai dengan kegiatan kuliah tamu yang diselenggarakan di tempat yang sama. Puluhan mahasiswa dan dosen FKIK mengikuti kuliah tamu dengan narasumber tunggal, yakni Kepala Dinkesdukcapil Provinsi NTT, Ruth D. Laiskodat, S.Si., Apt., MM.

Mengangkat tema Tantangan Pengelolaan Pelayanan kesehatan di Daerah Terpencil dan Pulau-pulau di Nusa Tenggara Timur, Ruth D. Laiskodat, S.Si., Apt., MM., memaparkan sejumlah hal, antara lain tentang permasalahan sektor kesehatan di NTT, penyakit menular dan tidak menular, serta strategi untuk mengatasi masalah kesehatan di NTT.

Salah satu kondisi yang dikupas dalam kuliah tamu tersebut berupa permasalahan stunting di NTT. Di mana telah terjadi penurunan persentase stunting selama 5 tahun berturut-turut, dari 2018 sampai 2022 dengan rata-rata penurunan tiap tahun sebesar 4,4 %.

Berbagai usaha untuk terus menurunkan angka stunting disampaikan Ruth D. Laiskodat terus dilakukan meskipun terdapat sejumlah tantangan. Di antara tantangan itu seperti kunjungan ibu hamil ke fasilitas kesehatan belum rutin, terbatasnya tenaga promosi kesehatan di kabupaten, dan tenaga kesehatan terlatih tata laksana gizi buruk di puskesmas masih kurang.

Rekomendasi
Berita Lainnya