SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, BOYOLALI—Dari depan sebuah rumah di Desa Kauman, Kecamatan Kemusu, Boyolali, deru mesin menjahit benang terdengar di antara sepoi-sepoi angin.

Sekitar pukul 20.00 WIB empat orang penjahit yang bekerja di industri tas skala rumahan Tika Collection memulai aktivitasnya. Ada yang memotong bahan, ada pula yang menyatukan pola. Salah satu dari keempatnya adalah Sulomo.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Laki-laki 40 tahun ini baru saja merebahkan diri setelah pulang dari kebun jagung miliknya. Pada malam hari Sulomo harus berjibaku dengan pekerjaannya yang lain yaitu memotong bahan sesuai pola untuk dijadikan tas.

Sulomo tak sendiri, empat orang yang menjadi pegawai tetap di sana semuanya adalah petani jagung. Di pagi hari mereka mesti pergi ke kebun sehingga pekerjaan sampingan ini baru bisa dilakukan pada malam hari.

“Jika tidak, penghasilan dari bertani saja pas-pasan untuk hidup,” ujar Sulomo saat berbincang dengan Solopos.com di Desa Kauman beberapa waktu lalu.

Di samping empat orang yang bekerja tetap tiap malam, Tika Collection memiliki empat karyawan lain yang bekerja lepas. “Jadi total delapan, sebagian mengambil bahan untuk dikerjakan di rumah masing-masing,” ujar pengelola Tika Collection, Ferdian, 25.

Sebelumnya usaha tas dirintis oleh orang tua Ferdian sebelum diserahkan kepadanya.

Meski berskala rumahan dan berada di desa, industri tas ini tak bisa dipandang sebelah mata. Ferdian biasa menerima pesanan dari seantero Boyolali bahkan hingga Semarang dan Salatiga.

Modelnya pun bermacam-macam. Ada tas punggung ala anak sekolah, tas selempang, dan tas jinjing/ tas tangan. Bahannya pun sesuai dengan permintaan pelanggan, dari bahan tebal agar kuat dijejali buku maupun tas suvenir dengan bahan lebih tipis.

Di balik kesuksesan mengembangkan industri tas, sebelumnya Ferdian tak pernah menyangka jika industri yang dikembangkan orang tuanya bisa mengangkat perekonomian warga.

Sepuluh tahun lalu, orang tua Ferdian juga buruh tani yang juga menjahit tas untuk sejumlah pabrik di Boyolali. “Waktu itu kelasnya baru memberdayakan diri sendiri di rumah, tas yang sudah dijahit dikirim ke pabrik-pabrik,” kata dia.

Kemudian sekitar tahun 2010 orang tuanya mengikuti pelatihan yang saat itu diadakan oleh pemerintah. Di samping ketrampilan menjahit, sejumlah 14 mesin jahit bantuan juga didatangkan untuk membantu usaha kecilnya.

Sembilan tahun berlalu, kini lewat mesin jahit bantuan tersebut Ferdian dapat meneruskan usaha orang tuanya. Kini saban bulan Tika Collection mampu melayani pesanan 1.000 hingga 2.000 buah tas aneka model. Industri kecil ini pun dapat meraup keuntungan bersih lebih dari Rp5 juta per bulannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya