SOLOPOS.COM - Salah satu perajin genteng dari Dusun Selo Timur, Desa Hargorejo, Kokap, mengeluarkan dan menyusun genteng yang sudah dibakar dalam tungku, Jumat (28//2015). (JIBI/Harian Jogja/Holy Kartika N.S.)

UKM Kulonprogo berupa genting di Selo masih bertahan.

Harianjogja.com, KULONPROGO – Sudah sejak lama, Dusun Selo, Desa Hargorejo, Kokap dikenal sebagai kampung batu bata dan genteng di Kulonprogo. Sebagian besar warga di dusun tersebut bermata pencaharian sebagai perajin batako atau genteng. Di tengah modernisasi alat produksi material, warga desa ini masih bertahan dengan alat sederhana.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sepanjang jalan di kampung ini, dapat ditemui warga yang membuat batu bata dan genteng setiap harinya. Waldini, 50, mengatakan, sudah bertahun-tahun dan turun-temurun kerajinan batako di desa tersebut dirintis. Bahkan, kini setiap wilayah telah terbagi atas kelompok dan seluruh perajin telah bergabung dalam koperasi.

“Sudah lama usaha ini dirintis. Saya cuma melanjutkan, orang tua saya dari dulu bikin gendheng [genteng],” ujar Waldini ditemui Jumat (28/8/2015).

Umumnya, setiap rumah di desa tersebut menjalankan usaha pembuatan genteng. Maka tidak mengherankan, apabila tenaga kerja yang bekerja kebanyakan adalah satu keluarga.

Pembuatan batu bata di di kampung ini sebagian besar masih menggunakan cara yang terbilang manual. Untuk membuat genteng, tanah liat digiling lalu dicetak menjadi batako. Proses pencetakan menggunakan alat giling sederhana berbahan bakar solar. Dalam waktu satu jam, alat tersebut dapat mencetak 100 biji batako. Satu biji batako tersebut kemudian dicetak menjadi satu buah genteng.

“Jumlah perajin di desa ini kurang lebih 50 orang yang membuat genteng maupun batu bata. Namun, hampir semua warga membuat gendheng, karena ini mata pencaharian kami,” jelas Waldini.

Sementara itu, Panudi, 37, mengungkapkan, saat ini produk batu bata dan genteng yang diproduksi warga Selo banyak disuplai untuk kebutuhan material di wilayah Kulonprogo. Selain itu, produk tanah liat itu juga banyak dicari warga dari wilayah sekitar Kulonprogo, seperti dari Purworejo.

Musim kemarau seperti saat ini, merupakan waktu yang cukup baik memproduksi genteng dan batu bata. Selain bahan baku yang mudah didapat, produk yang dibuat menjadi cepat kering, sehingga produksi lebih tepat waktu.

“Kalau musim hujan, sulit sekali dapat bahan bakunya. Karena kondisi jalan menjadi becek, kadang kendaraan sulit menjangkau. Tanah liat ini didapat dari Tangkisan, Desa Hargomulyo. Saat ini, harga per 1.000 biji genteng Rp1,15 juta,” jelas Panudi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya