SOLOPOS.COM - produksi kerajinan di Kasongan Bantul (JIBI/HarianJogja/Gigih M. Hanafi)

UKM DIY terkena dampak pelemahan nilai tukar rupiah. Permintaan barang berkurang sehingga produksi UKM menurun

Harianjogja.com, SLEMAN-Nilai tukar rupiah yang terus melemah memicu keterpurukan ekonomi hingga level bawah. Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) DIY menyoroti, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi pihak paling terdampak atas kondisi ini. Oleh karena itu diperlukan strategi bisnis baru pengusaha untuk menekan kerugian yang dihadapi.

Promosi Cuan saat Ramadan, BRI Bagikan Dividen Tunai Rp35,43 Triliun

“UKM jadi paling terdampak. Pengiriman barang mulai terhenti dan banyak yang mulai save money sehingga daya beli turun,” kata Ketua Kadin DIY, GKR Mangkubumi, saat ditemui di kawasan Lapangan Denggung, Jumat (14/8/2015).

Ia melihat banyak orang yang memilih menahan uangnya daripada untuk dibelanjakan. Hal itu dibuktikan dengan kondisi mall dan pusat perbelanjaan yang sepi. Begitu juga dengan UKM yang produktivitasnya menurun. “Beberapa kerajinan mulai berhenti,” imbuhnya.

Sebelum mengambil kebijakan atas kondisi inflasi ini, Kadin masih terus melakukan pengamatan pergerakan nilai tukar ruliah. Apakah akan terus melemah dan mencapai titik terpuruk seperti tahun 1998 atau bisa diselamatkan. Saat ini, Kadin masih mengkaji bentuk bantuan yang dapat diberikan kepada UKM. ” Apakah supporting koperasi, bantuan alat, atau pemasarannya,” jelasnya.

Sampai saat ini ia belum mendengar kebijakan pemerintah pusat untuk mengatasi inflasi. Sehingga pihaknya mendesak, baik Bank Indonesia (BI) maupun Kementerian Keuangan segera mengeluarkan kebijakan agar dapat diteruskan sampai tingkat daerah mengingat pelaku usaha di daerah sangat merasakan dampak buruknya. Kadin sendiri akan fokus memberi perhatian terhadap UKM. Karena jika tidak maka pergerakan UKM semakin sulit.

Menanggapi inflasi, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindakop) Sleman Pustopo menyampaikan, kondisi UKM di Sleman masih cukup stabil. Hal itu disebabkan kebanyakan UKM Sleman tidak membutuhkan barang impor. “Asal pengendalian harga dalam negeri bagus ya no problem [tidak masalah],” ungkapnya.

Menurutnya harga barang kebutuhan pokok di pasaran masih wajar. Sehingga masyarakat tidak perlu resah dengan inflasi meski harga beberapa komoditas naik. Seperti daging, cabai, beras dan komoditas lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya