SOLOPOS.COM - Reni Sukmasari memamerkan produk Coklat Joyo di outlet Jl Hos Cokroaminoto, Jogja, beberapa waktu lalu. (JIBI/Harian Jogja/Kusnul Isti Qomah)

UKM DIY untuk usaha coklat masih bergantung pada pasokan dari luar Jogja.

Harianjogja.com, JOGJA-Bisnis oleh-oleh coklat semakin semarak di DIY. Sayangnya, bahan baku berupa coklat blok dan bubuk coklat masih didatangkan dari luar daerah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pemilik perusahaan Coklat Joyo Reni Sukmasari mengungkapkan, pihaknya masih mengambil bahan baku berupa coklat blok dari Jakarta meskipun beberapa daerah di DIY merupakan penghasil coklat. Alasannya, ada satu wilayah di Gunungkidul yang mengolah bubuk coklat tetapi dalam skala kecil.

Dalam sehari, ia dapat memproduksi 20 kg coklat atau menjual 150-200 batang coklat setiap hari. Permintaan yang tinggi ini menggambarkan peluang coklat menjadi ciri khas makanan dari DIY. Fakta ini yang mendorongnya berharap DIY segera memiliki pengolahan coklat secara mandiri.

Salah satu wilayah penghasil kakao di DIY adalah Desa Nglegi, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul. Penasihat Kelompok Tani Kakao Ngudi Mulyo Desa Nglegi Sarwono mengatakan, hasil yang diperoleh petani saat ini masih di bawah satu kilogram. Rata-rata, lanjut dia, setiap pohon baru menghasilkan buah 0,6 kilogram. Hasil panen biasanya dijual dalam bentuk buah kakao.

“Hasilnya biasanya dijual. Tapi, di sini ada kelompok tani wanita yang mengolahnya menjadi minuman coklat. Lahan yang ditanami kakao mencapai 10 hektare. Itu milik 91 petani. Ada sekitar 10.000 pohon kakao yang ditanam,” ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya