SOLOPOS.COM - Peserta ujian SIM melakukan praktik mengendarai sepeda motor di lintasan yang ada pada bagian SIM Polres Sragen, Selasa (16/9/2014). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Ujian SIM di kepolisian membuat sebagian masyarakat pusing tujuh keliling lantaran saking sulitnya. Ada apa?

Madiunpos.com, KOTA MADIUN – Anda tentu merasakan betapa susahnya menembus ujian mendapatkan surat izin mengemudi (SIM) di kepolisian akhir-akhir ini. Bahkan, sebagian mereka yang ikut ujian praktik SIM ada yang sampai tiga hingga empat kali tak kunjung lulus.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

 

Joko Suroso, warga Kelurahan Sukosari, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun adalah salah satunya. Pria ini mengaku telah mengikuti ujian SIM di Polres Kota Madiun sampai empat kali, namun tak kunjung lulus. Saking judegnya, lelaki ini menduga ada permainan yang disengaja di balik tes mendapatkan SIM di kepolisian itu.

 

“Kalau tesnya seperti ini terus, saya yakin dari 100 orang yang ikut tes, hanya lima orang yang lulus,” kata dia kepada Kepala Polresta (Kapolresta) Madiun, AKBP Farman dalam sebuah forum sarasehan terbuka yang digelar di pendapa Radio Madya, Kartoharjo, Kamis (26/2/2015).

 

Suroso mempertanyakan apa dasar kepolisian membikin ujian praktik yang menurutnya kelewat sulit itu. Sejumlah tes itu antara lain melewati rintangan zig-zag, memutar angka delapan, mengoperasikan rem, menanjak dan lain-lainnya.

 

“Ini aturan dari Kapolri, Kapolda, Polres, Kasatlantasnya atau memang bikinan sendiri biar sulit lulus,” tanya Suroso.

Mendengar keluhan ini, Kapolresta Madiun, AKBP Farman mengakui bahwa tes mendapatkan SIM kini memang kian dipersulit. Hal itu sesuai dengan surat keputusan Kapolri yang mengatur pedoman seseorang yang ingin mengajukan SIM.

 

Namun, tegasnya, hal itu bukan tanpa alasan mendasar. Menurut Farman, sulitnya mendapatkan SIM sengaja dilakukan agar tak sembarangan orang berkeliaran di jalan raya tanpa kemampuan mumpuni.

 

“Ke depannya, malah akan lebih sulit lagi. Apa sebabnya, karena kami ingin menekan angka kecelakaan di jalan raya,” kata dia yang mengaku sangat prihatin atas banyaknya anak-anak seusia SMP dan SMA berkendara di jalan raya tanpa SIM.

Menurut Farman, jumlah korban orang tewas di jalan raya jauh lebih banyak ketimbang korban tragedi peperangan. Dan korban pengendara tewas paling banyak ialah karena kelalaian, kecerobohan, dan tak mematuhi rambu lalu lintas.

 

“Kalau cuma lecet atau kendaraan yang rusak, masih mending. Tapi, kalau nyawa yang melayang, siapa yang susah kalau bukan keluarganya,” tegasnya.

KLIK dan LIKE di sini untuk update informasi Madiun Raya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya