SOLOPOS.COM - Siswa antre pemeriksaan kesehatan di depan gerbang masuk SMPN 4 Sragen, Senin (19/4/2021). (Istimewa-Disdikbud Sragen)

Solopos.com, SRAGEN — Pelaksanaan ujian sekolah di 46 sekolah menengah pertama (SMP) di Sragen mulai Senin (19/4/2021) berjalan tanpa jam istirahat. Jam istirahat dihilangkan untuk mengamankan para siswa dari persebaran Covid-19.

Selain itu, jam pulang usai ujian sekolah digilir supaya tidak terjadi kerumunan siswa. Sementara itu dari 561 sekolah dasar (SD), sebanyak 542 SD di antaranya menggelar penilaian akhir sekolah dengan metode di luar jaringan (luring).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen Suwardi memantau langsung pelaksanaan ujian sekolah di beberapa sekolah. Suwardi melihat aktivitas ujian sekolah di SMPN 2 Karangmalang, Sragen.

Baca juga: Desa di Sragen Lakukan Ini Jika Ada Perantau Nekat Mudik Lebaran

Suwardi menekankan pada jam pulang dan masuk sekolah menjadi perhatian karena sering terjadi kerumunan siswa dan orang tua yang antar-jemput siswa.

“Protokol kesehatan harus sangat ketat diberlakukan. Protokol kesehatan itu tidak sekadar pakai masker, pemeriksaan suhu badan, dan cuci tangan, serta jaga jarak, tetapi juga harus mencegah kerumunan siswa,” ujar Suwardi didampingi Kepala SMPN 2 Karangmalang, Mulyana.

Siswa mengikuti ujian sekolah tanpa ada jam istirahat karena setiap hari hanya dua mata pelajaran (mapel) diujikan. Saat istirahat dikhawatirkan terjadi kerumunan.

Baca juga: Kasus Kematian Pasien Positif Covid-19 Sragen Mendadak Naik, Wabup Dedy Curiga...

Suwardi meminta kepala sekolah agar menggilir jam pulang siswa. Dia mengatakan ada 16 ruang kelas sehingga jam pulang itu digilir dua kelas-dua kelas. Suwardi juga berpesan bagi siswa yang kurang sehat bisa ikut ujian susulan.

Kasi Kurikulum Bidang Pembinaan SMP Disdikbud Sragen, Sukisno, juga memantau pelaksanaan ujian sekolah di empat sekolah dalam kota, yakni SMPN 4 Sragen, SMPN 5 Sragen, SMPN 6 Sragen, dan SMPN 3 Sragen.

Dia melihat dari empat sekolah yang dikunjungi hanya di SMPN 3 Sragen yang paling banyak siswanya tidak ikut luring, yakni 11 orang tidak ikut luring.

Baca juga: Pernikahan Dini Sragen: Masaran Pegang Rekor Terbanyak Dalam 2 Tahun, Apa Penyebabnya?

“Di tiga sekolah lainnya hanya ada 2-5 siswa yang ikut daring. Di SMPN 3 Sragen itu, soal untuk 11 siswa diambilkan orang tua dan dikerjakan di rumah. Jadi sebagian besar orang tua menghendaki pembelajaran luring,” ujarnya.

Dia meminta sekolah-sekolah untuk mengatur jam pulang supaya tidak terjadi kerumunan. Selain itu, Sukisno mengatakan semua siswa wajib diantar-jemput orang tua sehingga siswa dibolehkan membawa ponsel untuk kebutuhan komunikasi saat antar jemput.

Kabid Pembinaan SD Disdikbud Sragen, Hadi Sutopo, mendata jumlah SD yang melaksanakan penilaian akhir sekolah. Dia menyampaikan data dari 561 SD di Sragen, sebanyak 542 SD yang melaksanakan penilaian akhir sekolah dengan metode luring.

Dia mengatakan sebanyak delapan SD melakukan penilaian akhir sekolah dengan cara luring berkelompok dan sebanyak 11 SD yang melaksanakan penilaian akhir sekolah secara daring.

Baca juga: Viral, Belasan Remaja Mandi Bareng di Bak Truk Berjalan di Sragen Terciduk Polisi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya