SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SOLO (ESPOS)—Peserta Ujian Nasional (UN) berkebutuhan khusus (inklusi) yang menderita gangguan penglihatan mengaku lebih nyaman mengerjakan soal UN menggunakan naskah berhuruf braille.

Peserta UN inklusi SMKN 8 Solo, Novi Titi Purwani, Senin (16/4) mengatakan ingin mengerjakan soal UN berhuruf braille. Pasalnya, mengerjakan soal tanpa huruf braille menurutnya kurang efektif. Waktu mengerjakan soal akan lebih lama. Ia pun tak bisa mencermati soal karena ia harus berpikir lebih cepat mengikuti guru pendamping.
“Meski diulang-ulang bacanya, tetap lebih enak mengerjakan soal dengan huruf braille. Bisa punya waktu panjang untuk memikirkan jawaban,” ungkapnya saat ditemui Espos, Senin, di depan ruang ujian inklusi seusai mengerjakan ujian.
Novi menambahkan saat mengerjakan soal Matematika, apabila mengerjakan naskah tak berhuruf braille ia akan semakin sulit. Pasalnya, guru pendamping pasti akan semakin lama saat mendeskripsikan soal bergambar. Novi mengaku selalu membawa buku coretan khusus saat untuk mempermudah menghitung saat mengerjakan soal Matematika.
Lebih lanjut, Novi mengaku baru tahu naskah soal UN diberikan tanpa menggunakan huruf braille saat pagi sebelum mengerjakan soal. “Katanya dulu menggunakan huruf braille. Tapi ini ternyata tidak. Saya baru tahu hari ini (Senin-red),” ungkapnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Perlakuan Khusus

Ekspedisi Mudik 2024

Guru pendamping khusus (GPK) Novi dari YKAP, Ernesta Wardaya, mengaku Novi mampu mengerjakan soal ujian dengan lancar meski naskah ujian tidak berhuruf braille. Namun, menurutnya siswa berkebutuhan khusus seperti Novi seharusnya memang diberi perlakuan khusus sesuai kebutuhannya. “Ya kalau lebih baiknya menggunakan huruf braille,” ungkapnya saat ditemui Espos, Senin, di depan ruang ujian khusus inklusi.
Siswa inklusi tunanetra lainnya dari SMAN 8 Solo, Raras Safitri Permatasari, Senin, mengatakan hal senada. Ia merasa perlu mengerjakan naskah UN berhuruf braille pada mata pelajaran tertentu seperti Matematika. Pasalnya, untuk kategori soal itu membutuhkan waktu lebih untuk mengamati gambar.
Lebih lanjut, Raras mengaku untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia ia lebih suka jika naskah soal dibacakan pendamping. Pasalnya, jika harus membaca dengan huruf braille ia menilai terlalu lama. “Kalau soal yang panjang-panjang begitu nanti lama kalau dengan braille. Tapi kalau soal MTK (matematika-red) harusnya pakai braille,” ungkapnya.
Sementara, Kepala SMAN 8 Solo, Gayatri, mengaku sebenarnya sudah melayangkan surat permohonan naskah UN berhuruf braille ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora) Solo agar disampaikan ke Provinsi Jateng. “Saya tergantung anaknya. Anaknya meminta naskah berhuruf braille, ya saya melayangkan surat. Tapi ini kok tetap naskahnya biasa. Saya mengikuti aturan saja,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya