SOLOPOS.COM - Ilustrasi UN SMP (JIBI/dok)

Solopos.com, BOYOLALI--Dua orang dari 14.515 pelajar kelas IX tingkat SMP/MTs di Kabupaten Boyolali dipastikan tidak bisa mengikuti Ujian Nasional (UN) 2014 yang dijadwalkan mulai Senin (5/5), karena meninggal dunia. Selain pelajar SMP/MTs, UN juga akan diikuti sebanyak 398 peserta program Kelompok Belajar (Kejar) Paket B.

Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Boyolali, Abdul Rahman, mengemukakan dua pelajar SMP yang meninggal dunia tersebut dari SMPN 1 Ampel dan SMPN 2 Karanggede.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Total peserta dari SMP/MTs 14.515 pelajar, dua di antaranya tidak bisa mengikuti karena meninggal dunia. Sedangkan untuk Kejar Paket B terdapat 398 orang,” ungkap Abdul ketika ditemui wartawan di sela-sela aktivitasnya, Jumat (2/5/2014).

Ekspedisi Mudik 2024

Sementara untuk target kelulusan, Abdul mengatakan kali ini pihaknya mentargetkan bisa mencapai 100 persen. Hal itu mengingat tingkat kelulusan tahun lalu yang mencapai 99,9 persen.

Di sisi lain, Abdul menyebutkan naskah soal UN diperkirakan tiba di Boyolali, Sabtu (3/5), sekitar pukul 02.00 WIB. Sedangkan pendistribusian naskah soal tersebut ke masing-masing subrayon dijadwalkan Minggu (4/5/2014), setelah terlebih dulu dilakukan verifikasi.

Abdul memastikan, proses distribusi naskah soal UN tersebut dilakukan dengan pengawalan ketat sesuai dengan prosedur tetap (Protap), dengan melibatkan aparat kepolisian, satuan pendidikan, serta panitia UN. Berkaca dari terungkapnya kasus jual-beli kunci jawaban UN SMA/SMK yang melibatkan oknum guru honorer dan kepala sekolah dari Boyolali, Abdul menegaskan pihaknya kini memperketat pengawasan dalam pendistribusian naskah soal tersebut. Meskipun ditegaskannya, kasus itu terjadi bukan pada proses distribusi soal di Boyolali. Pelaku, menurut Abdul, di luar struktur penyelenggaraan. Namun antisipasi tetap dilakukan, di antaranya dengan koordinasi intensif dengan kepala sekolah-kepala sekolah, subrayon, maupun pada panitia.

Khusus untuk pelaksanaan UN di daerah rawan bencana, seperti di sekitar Gunung Merapi, pihaknya juga sudah mengantisipasi dengan berkoordinasi dengan pihak UPTD setempat dan masing-masing sekolah di kawasan itu. Tercatat setidaknya ada tiga SMP yang berlokasi di lereng Gunung Merapi. Menyusul dinaikkannya status dari aktif normal menjadi waspada, pihaknya telah menyediakan lokasi ujian darurat termasuk jika harus mengkarantina siswa seperti saat erupsi 2010 silam.

“Sudah kami komunikasikan, termasuk pinjam tempat di bungalow Selo untuk karantina,” terang Abdul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya