SOLOPOS.COM - UN 2015 di SMAN 1 Solo, Selasa (14/4/2015). (Reza Fitriyanto/JIBI/Solopos)

Ujian Nasional, Perbedaan persepsi soal Bahasa Indonesia terkait penerapan kurikulum.

Solopos.com, SOLO–Ada beda pemahaman di antara guru-guru Mata Pelajaran (Mapel) Bahasa Indonesia terhadap materi kisi-kisi soal Ujian Nasional (UN) 2016 untuk mapel tersebut. Hal itu berkaitan dengan diterapkannya dua kurikulum yang berbeda saat ini, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013 (K-13).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kondisi itu diakui Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Indonesia SMP Kota Solo, Liestyani Dhamayanti, saat ditemui wartawan di sela-sela kegiatan Bedah Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Kisi-kisi UN 2016 Bahasa Indonesia yang diadakan MGMP Bahasa Indonesia SMP Kota Solo di SMPN 1, Sabtu (6/2/2016).

Sesuai kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), UN 2016 bakal dilaksanakan dalam satu konsep. Tim pembuat soal UN 2016 akan menerapkan sistem irisan dari kedua kurikulum tersebut.

Ekspedisi Mudik 2024

Namun munculnya pemahaman yang berbeda di antara para guru Mapel Bahasa Indonesia berkaitan dengan materi kisi-kisi soal UN dengan diterapkannya dua kurikulum yang berbeda itu, menurut Liestyani, dirasa cukup mengganjal.

“Sebagai contoh, guru dari K-13 misalnya, ketika membaca kisi-kisi tentang menentukan bagian-bagian teks, mereka langsung membuat soal yang di situ ada struktur teksnya, sementara dari guru KTSP yakin kalau siswa KTSP tidak akan bisa mengerjakan soal tersebut karena hanya diajarkan di sekolah K-13,” katanya.

Contoh lain, menurut survei yang dilakukannya, ada beberapa sekolah KTSP yang gurunya justru mengajarkan materi struktur yang sebenarnya tidak masuk dalam pembelajaran KTSP.

“Ada guru KTSP yang juga harus belajar K-13, kemudian dalam waktu singkat harus menyampaikan materi dalam K-13 tersebut kepada para siswa. Tapi apakah benar seperti itu?” imbuhnya.

Dia menambahkan banyak sekali soal KTSP yang tidak diajarkan dalam K-13. Sebagai contoh saat SMPN 12 yang menerapkan K-13 mengadakan simulasi UN Berbasis Komputer (UNBK) dengan soal-soal KTSP, dia mengakui, para siswa cukup kesulitan.

Melalui Bedah SKL tersebut, pihaknya berharap bisa menyamakan persepsi atau pemahaman para guru Mapel Bahasa Indonesia seputar kisi-kisi dan materi UN, sekaligus untuk membekali mereka agar siap menggodok para siswa di sekolah masing-masing dalam menghadapi UN mendatang. Dengan adanya pemahaman yang sama di antara para guru tersebut, diharapkan capaian nilai UN Mapel Bahasa Indonesia oleh para siswa tetap dapat optimal. Terlebih karena selama ini capaian nilai UN Mapel Bahasa Indonesia di Kota Solo sudah sangat baik.

“Perolehan nilai 10 untuk Mapel Bahasa Indonesia di Solo kan sudah biasa. Sehingga jangan sampai beda pemahaman para guru kali ini berpengaruh terhadap capaian nilai tersebut,” papar dia.

Liestyani mengatakan panitia sengaja mendatangkan dua narasumber langsung dari Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik), Edy Warsih dan Syaheri.

Setelah paparan oleh narasumber pertama, akan dilaksanakan penyusunan soal-soal kisi-kisi UN oleh para guru tersebut, dengan mengacu pada sejumlah indikator yang ditentukan Puspendik. Penyusunan soal dilakukan para guru tersebut secara berkelompok. Setelah soal disusun, akan dikonsultasikan kembali dengan pihak Puspendik untuk mengetahui sudah sesuai atau belum dengan petunjuk Puspendik.

“Sedikitnya ada 105 guru yang hadir dalam kegiatan ini sehingga setidaknya ada 10 kelompok yang menghasilkan 10 paket soal yang bisa digunakan untuk latihan UN,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya