SOLOPOS.COM - Dessy Farida, 19, siswi Kelas XII SMAN 1 Gondang mengerjakan soal UN di Ruang Teratai 11, RSUD Soehadi Prijonegoro Sragen, Senin (4/4/2016). (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Ujian nasional 2016 di Sragen juga diikuti salah satu siswa di rumah sakit.

Solopos.com, SRAGEN – Jarum infus menamcap di lengan kiri Dessy Farida, 19. Siswi Kelas XII SMAN 1 Gondang, Sragen, itu duduk bersila di atas ranjang Ruang Teratai 11 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Soehadi Prijonegoro Sragen.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Siswi berambut panjang dan berkacamata itu terlihat serius mengerjakan 40 butir soal Mata Pelajaran Bahasa Indonesia yang diujikan pada hari pertama Ujian Nasional (UN), Senin (4/4/2016). Sesekali siswi asal Ringinanom, Sragen Kulon, Sragen, itu mengernyitkan dahi seolah-olah berpikir keras untuk menjawab soal yang sulit.

Anak kedua dari tiga bersaudara itu mengikuti UN dalam keterbatasan. Tidak ada meja yang bisa digunakan untuk mengisi lembar jawab komputer (LJK). Lembar soal dan LJK cukup dipangkunya. Dia juga tidak membawa seragam sekolah. Hanya setelan piyama warna merah biru yang melekat di tubuhnya. Dia berkalungkan ID card yang menandai dia sebagai peserta UN.

Ekspedisi Mudik 2024

Tak jauh dari ranjang tempat dia mengerjakan soal, seorang pengawas UN duduk di kursi. Pengawas itu datang sambil membawa naskah pada pukul 09.30 WIB atau dua jam setelah teman-temannya mulai mengerjakan soal UN. Kedatangan naskah UN dan pengawas itu sedikit terlambat lantaran sebelumnya Dessy disarankan mengikuti UN susulan pada Senin-Rabu (11-13/4/2016) mendatang.

“Sesuai saran dari Pak Kepala Sekolah, selama anak saya masih bisa mengerjakan UN, lebih baik ikut UN meski di RS. Oleh karena itu, panitia UN baru mengirimkan pengawas dan naskah pada pukul 09.30 WIB,” jelas Aipda Murtoyo, ayah dari Dessy, yang bertugas di Mapolsek Gondang itu saat ditemui wartawan di lokasi.

Dessy tidak bisa mengikuti UN di kelas bersama teman-temannya. Sejak Jumat (1/4/2016) dia dilarikan ke RSUD Soehadi Prijonegoro Sragen setelah mengalami gejala vertigo yang ditandai dengan munculnya rasa pusing disertai mual dan muntah-muntah. Diakui Murtoyo, putrinya tersebut selama ini memang kerap merasakan gejaka vertigo.

Meski demikian, dokter yang menanganinya belum memberitahu hasil laboratorium atas sampel darah yang diambil dari putrinya.

“Memang sebelumnya dia kerap mengalami gejala vertigo. Tapi, saya belum tahu penyakit apa yang diderita anak saya. Hasil laboratorium belum disampaikan kepada kami,” ujar Murtoyo.

Meski naskah UN datang terlambat dua jam, Dessy tetap diberi waktu yang sama untuk mengerjakan soal Bahasa Indonesia selama 120 menit. Begitu pula untuk mengerjakan 40 butir soal Mata Pelajaran Geografi pada jam kedua.

“Meski sakit, dia tidak mendapat kompensasi apapun. Naskah tetap sama. Lama waktu pengerjaan juga sama. Dia tetap dijaga pengawas. Kami sekadar memfasilitasinya untuk tetap mengerjakan UN di RS,” jelas pengawas UN Satimin.

Murtoyo dan Satimin sama-sama berharap rasa sakit yang dialami Dessy tidak mempengaruhi konsentrasinya mengerjakan soal UN. Keduanya berharap Dessy bisa mendapatkan hasil yang maksimal meski mengerjakan UN di RS. “Dari rumah sudah membawa beberapa buku mata pelajaran untu dipelajari di RS. Meski sakit, dia tetap mau belajar untuk menghadapi UN,” terang Murtoyo.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya