SOLOPOS.COM - Sejumlah pimpinan dan anggota Komisi IV DPRD Solo melakukan sidak di SMAN 8 Solo di Mojosongo, Jebres, Solo, Senin (14/4). (JIBI/Solopos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SOLO—Komisi IV DPRD Solo menyayangkan tidak ada soal berhuruf braille dalam pelaksanaan ujian nasional (UN) untuk SMA/SMK sederajat pada tahun ini. Komisi IV menemukan tiga siswa difabel di SMKN 8 Solo yang mestinya mengikuti UN dengan soal berhuruf braille. Akibatnya, tiga siswa difabel itu mengikuti UN dengan mendengarkan soal yang dibacakan pengawas dari Yayasan Pendidikan Luar Biasa (YPLB).

Temuan Komisi IV itu diperoleh setelah menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke enam sekolahan, pada Senin pagi, yakni di SMKN 6 Solo, SMAN 1 Solo, SMA Kristen Solo, SMK Kristen Solo, SMKN 8 Solo, dan SMAN 8 Solo. Sidah yang dipimpin Ketua Komisi IV Teguh Prakosa itu diikuti sejumlah unsur pimpinan Komisi dan beberapa anggota Komisi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Aturan ruangnya Alhamdulillah pelaksaan UN tahun ini sama dengan tahun kemarin. Di SMKN 8 Solo ada tiga orang difabel, yakni dua orang tuna netra dan satu siswa autis. Untuk SMAN 8 Solo tidak ada yang difabel. Kami menyayangkan kejadian di SMKN 8 Solo, khususnya karena tidak ada soal braille. Soal untuk difabel itu terpaksa harus dibacakan pengawas dari YPLB atau YPAC. Tentu saja hal itu mengganggu siswa dalam mengerjakan soal UN,” tegas Sekretaris Komisi IV DPRD Solo, Abdul Ghofar Ismail, sebagai juru bicara Komisi IV saat ditemui wartawan di halaman SMAN 8 Sol, Senin siang.

Menurut dia, ruang untuk difabel memang disendirikan agar tidak menganggu siswa lainnya. Selain itu, kata dia, ada tambahan waktu 40 menit bagi siswa difabel dalam mengerjakan soal UN. Ghofar, sapaan akrabnya, sempat menjuampai soal UN berhuruf braille pada tahun-tahun sebelumnya. Dia mempertanyakan mengapa sejak tahun kemarin pemerintah tidak menyediakan soal UN berhuruf braille.

“Dari pengawasan yang kami lakukan, pelaksanaan UN tahun ini lebih baik dari tahun kemarin. Kami tidak menemukan adanya distribusi soal yang telat. Tingkat kesalahan juga tidak banyak pada tahun lalu. Saya melihat dengan sistem kode ini sangat menyulitkan bagi siswa untuk menyontek atau bekerja sama. Sistem kode itu sangat susah karena satu ruang ada 20 kode. Artinya, satu siswa satu kode,” tambahnya.

Ghofar mengimbau jangan percaya dengan kunci dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Dengan sistem satu anak satu kode itu, bagi Ghofar, akan sangat sulit untuk diprediksi. “Kami tidak bisa menentukan target kelulusan. Target itu yang pasang pemerintah kota. Tapi, tentunya bisa lulus 100%. Kami hanya menjalankan fungsi pengawasan,” tegasnya.

Terpisah, Wakil Kepala Bidang Sarana dan Prasara SMAN 8 Solo Benny Ruahno menambahkan di SMAN 8 Solo tidak ada siswa difabel. Menurut dia, yang ada siswa inklusinya hanya di kelas X dan XI. “Ada 13 ruang yang digunakan untuk UN. Masing-masing ruang berisi 20 siswa, kecuali di ruang XII dan ruang XIII, jumlah siswanya ada yang 10 orang dan 15 orang. Kami menargetkan lulus UN 100%,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya