SOLOPOS.COM - Salah satu proses produksi keripik gedebok pisang di rumah Herawati Utami Dewi di Dukuh Sendangmulyo, Desa Bendungan, Kedawung, Sragen, Sabtu (17/4/2021).

Solopos.com, SRAGEN – Warga Kedawung, Sragen, Herawati Utami Dewi, 43, sukses menyulap gedebok pisang menjadi keripik dengan cita rasa gurih. Padahal bagi sebagian besar warga, gedebok pisang biasanya dianggap sebagai sampah.

Hanya sebagian warga yang memanfaatkan gedebok pisang sebagai pakan ternak setelah melalui proses fermentasi. Selebihnya, gedebok hanya dibakar, dibuang ke sungai lalu menyumbat aliran air hingga memicu terjadinya banjir.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Namun, di tangan warga Sendangmulyo, RT 026, Desa Bendungan, Kedawung, Sragen, itu, gedebok pisang diolah menjadi keripik yang gurih. Ibu dua anak itu sudah sekitar 10 tahun lamanya menggeluti usaha produksi keripik.

Baca juga: Sengsu: Proses Seekor Anjing Jadi Olahan Kuliner di Kota Solo

Olahan keripik gedebok pisang yang dimulai tiga tahun lalu melengkapi varian keripik yang telah ada sebelumnya seperti singkong, ketela, talas, sukun, garut, pisang dan lain-lain.

“Kita berpikir bagaimana memanfaatkan gedebok itu. Kita coba olah bonggolnya, bisa dimakan tetapi tidak banyak peminat. Begitu kita olah gedeboknya jadi keripik, ternyata kok enak. Kita pasarkan ternyata diterima, akhirnya kita produksi,” papar Herawati saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Sabtu (17/4/2021).

Baca juga: Jenang Ayu Mbah Rajak, Kuliner Legend Sragen Incaran Pemudik

Eksperimen

Herawati tidak sembarang memilih gedebok. Ia hanya memakai gedebok dari dua jenis pisang yakni kepok dan kluthuk. Ia mengaku sudah bereksperimen dengan mencoba gedebok dari semua jenis pisang. Rata-rata, gedebok pisang lain terasa sepat meski sudah direndam cukup lama dengan air garam.

“Gedebok pisang ambon misalnya, meski pisangnya banyak yang suka, gedeboknya terasa sepet walau sudah direndam lama. Kadang warnanya jadi berubah merah. Kalau pisang kluthuk memang tak banyak yang suka karena banyak biji, tapi gedeboknya bisa diolah jadi keripik. Getahnya sedikit sehingga kalau diolah tidak terasa sepet,” paparnya.

Tidak semua bagian gedebok pisang bisa diolah menjadi keiripik. Dalam hal ini, Herawati hanya mengambil bagian serat dari gedebok. Proses pemotongan serat gedebok itu menggunakan pisau atau pasah kayu.

Baca juga: Konsumsi Daging Anjing di Soloraya Tertinggi Se-Jateng

Harga Keripik

Tekstur serat gedebok menyerupai cemilan taro yang banyak dijual di warung atau toko. Oleh sebab itu, banyak yang menjuluki keripik gedebok ini dengan Taro Jowo atau Tarjo.

Dalam sehari, rata-rata Herawati bisa memproduksi 30 kg keripik gedebok pisang. Ia hanya butuh 4-5 batang gedebok untuk menghasilkan 30 kg keripik gedebok itu. Ia biasa menjual keripik itu seharga Rp40.000/kg.

Ia juga menjual keripik gedebok dengan kemasan yang lebih menarik. Satu bungkus keripik gedebok dijual Rp10.000. Oleh reseller, satu bungkus keripik gedebok itu bisa dijual antara Rp12.000 hingga Rp15.000. “Biasanya pembeli melihat video kami di Youtube. Setelah itu mereka meminta nomor WA untuk menghubungi secara langsung,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya