SOLOPOS.COM - Muhammad Muhaimin (Kiri), petani muda Ubi Madusari (Sumber: Beritamagelang.id)

Solopos.com, MAGELANG -- Ubi dengan rasa yang khas bisasanya dikenal berasal dari Jawa Barat, seperti Ubi Cilembu yang sudah sangat ikonik. Namun siapa sangka jika  salah satu dusun di Kabupaten Magelang, juga dapat menghasilkan ubi yang sama-sama memiliki potensi besar seperti Ubi Cilembu di Jawa Barat?

Mengutip Beritamagelang.id, Senin (21/6/2021), Ubi Madusari khas Magelang dihasilkan di Dusun Truni, Desa Candisari, Kecamatan Windusari. Ubi ini memiliki cita rasa yang manis dan lembut sehingga membuat siapa pun yang menyantapnya akan ketagihan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Petani Ubi Madusari, Muhammad Muhaimin, mengatakan jika ubi ini dipanggang akan mengeluarkan karamael seperti madu, oleh karena itu ubi tersebut dinamakan Ubi Madusari karena memiliki rasa manis seperti karamel dan madu. Selain sudah dijual luas di pasar lokal, Ubi Madusari ini sudah masuk ke pasar Singapura dan Malaysia.

Baca Juga : Komunitas Jumputan Bantu Pelaku UMKM Magelang di Acara Pameran

Muhaimin juga menambahkan pasar paling besar di negara-negara  Asia ada di Singapura, selain dijual di negara-negara tetangga, rupanya Ubi Madusari ini sudah masuk pasar Jepang dan Korea.

Saat akan diekspor ke negara-negara tersebut, ubi masih dalam keadaan segar atau baru dipanen dari ladang, kemudian dicuci bersih. Pria 33 tahun itu juga melakukan penyortiran terlebih dahulu dengan memilah-milah ubi dengan tekstur yang lebih mulus. Sedangkan untuk pasar lokal, dirinya juga meyortir untuk kualitas yang akan dijual di pasar modern seperti supermarket,  kios dan pasar tradisional.

Pengaruh Kontur Tanah

Ayah dua anak itu juga menjelaskan untuk menghasilkan ubi dengan kualitas yang baik harus ditanam di ketinggian 400-600 meter di atas permukaan laut (mdpl) karena kontur tanah juga berpengaruh pada kandungan gula pada Ubi Madusari.

Sedangkan masa panennya juga di pengaruhi dengan ketinggian dataran, jika ubi ditanam di ketinggian 1.000 mdpl akan memperoleh masa panen lebih lama dan jika ditanam di dataran rendah dengan suhu terlalu panas juga tidak bisa tumbuh besar.  Sehingga lokasi penanaman harus berada di ketinggian rata-rata.

Namun Muhaimin mengatakan bahwa tidak ada istilah musim panen raya bagi petani ubi karena mereka bisa panen setiap hari sejak awal ubi ditanam tidak bersamaan sehingga masa panenpun juga bergantian.

Baca Juga : Gas! Rute ke Gunung Telomoyo Magelang Pacu Adrenalin

Tapi normalnya, masa panen Ubi ini berlangsung 4 bulan-5 bulan sejak penanaman awal dan  rata-rata, ubi yang masuk ke komoditas  ekspor berusia 4-4,5 bulan. Jadi keuntungannya dalam satu tahun bisa panen hampir 3 kali.

Kisaran harga Ubi Madusari ini untuk diekspor Rp10.000 per  kilogramnya. Sedangkan yang disetor ke kios dibanderol  Rp6.000 per kilogram dan untuk tradisional di kisaran harga Rp3.000 per kilogram. Karena tidak mengenal panen raya, maka harga ubi ini selalu stabil.

Dalam menjalankan usahanya, Muhaimin juga memberdayakan masyarakat sekitar, terhitung ada 25 oang yang membantunya. Dirinya banyak memperkerjakan ibu-ibu dan tenaga kerja yang menjadi korban PHK karena masa pandemi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya