SOLOPOS.COM - FX. Hadi Rudyatmo (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, belakangan ini tampak sering menyanyikan lagu Didi Kempot berjudul Pamer Bojo dengan lirik lagu yang dia ubah sendiri.

Pria yang menjabat sebagai Wali Kota Solo itu sempat dianggap menyindir seseorang lewat lagu itu. Salah satunya putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, yang mendaftar sebagai calon wali kota pada Pilkada Solo 2020 lewat DPD PDIP Jateng.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Lirik asli Pamer Bojo adalah “Dudu klambi anyar sing neng njero lemariku. Nanging bojo anyar sing mbok pamerke neng aku (Bukan baju baru yang ada di dalam lemarimu. Tapi pasangan baru yang kau pamerkan di hadapku).”

Sementara versi yang diubah Rudy, sapaan akrabnya, adalah “Dudu klambi abang sing mbok simpen neng atimu. Nanging klambi anyar sing mbok pamerke neng aku (bukan baju merah yang kamu simpan di hatimu tapi baju baru yang kamu pamerkan kepadaku).”

Saat dimintai konfirmasi, Rudy mengaku menyanyikan lagu itu tidak untuk menyindir siapa pun. “Siapa yang menyindir, ‘kan saya tidak menyebut nama,” kata dia saat ditemui di Rumah Dinas Wali Kota Solo Loji Gandrung, Jumat (24/1/2020).

2 Siswa SMP Solo Di-DO Gara-Gara Vape, Salah Satunya Ogah Pindah Sekolah

Rudy pun menjabarkan arti lirik lagu yang dia nyanyikan. Dia justru ingin menyampaikan pesan kepada DPP PDIP yang menerima banyak kader baru namun bermasalah.

Contohnya, Harun Masiku yang terlibat dugaan suap ke komisioner KPU. Harun sebelumnya merupakan kader dari Partai Demokrat sebelum bergabung dengan partai berlambang moncong putih.

“PDI Perjuangan sekarang ini kan banyak pendatang. Tapi nyatanya ada kasus kemarin [Harun Masiku]. Maksud saya, ya, kalau menyimpan klambi abang [baju merah] di hatinya itu beneran. Kalau saya ‘kan menyimpan klambi abang neng ati [di hati] tenan, bukan kutu loncat,” kata dia.

Rudy ingin mengingatkan DPP PDIP untuk introspeksi dan evaluasi. Kader harus membuktikan loyalitasnya sebelum menjadi pejabat publik.

“Kalau menerima sembarang orang itu belum tentu loyalitasnya seperti yang sudah lama dan benar-benar tidak punya kepentingan,” ucapnya.

Ia kemudian menyebut mekanisme lima tahunan PDIP yang membolehkan rehabilitasi atau kesempatan kader partai luar untuk bergabung dengan PDIP.

Tol Solo-Jogja di Klaten Dilengkapi 3 Exit Toll dan 2 Rest Area

“Misalnya masalah rehabilitasi. Ada calon kepala daerah tidak dicalonkan PDIP kemudian pindah ke partai lain. Lalu lima tahun berikutnya rehabilitasi masuk PDIP lagi. Nah, setelah masuk PDIP harus dicek betul apa tenan klambi abange tekan neng ati [apa betul baju merahnya disimpan sampai ke hatinya],” kata Rudy.

Terpisah, Gibran mengaku tidak merasa tersindir dengan lagu itu. “Ya enggak apa-apa, saya enggak merasa disindir, saya belum lihat videonya,” kata Gibran.

Dia menyebut sebagai anggota baru PDIP adalah wajar jika melakukan kesalahan dan dia siap ditegur. “Pak Rudy kan ketua saya, kalau saya ada salah ya wajar, anak baru. Saya siap ditegur kalau ada yang salah,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya