SOLOPOS.COM - Ilustrasi ujian (Halo.co.in)

UASBN menggunakan basis manual memungkinkan guru melakukan rekayasa nilai

Harianjogja.com, JOGJA-Pelaksanaan Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) berbasis komputer dapat meminimalisasi kemungkinan terjadinya rekayasa nilai karena pengerjaan dan koreksi dilakukan secara online.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pengamat Pendidikan Profesor Wuryadi mengatakan, dalam ujian sekolah yang kini diberi nama UASBN menggunakan basis manual memungkinkan guru melakukan rekayasa nilai. Namun, dengan berbasis komputer persentase rekayasa cenderung berkurang. Basis komputer akan lebih objektif karena tidak hanya dinilai guru, tetapi juga pihak lain. Berbeda dengan manual, proses koreksi sepenuhnya masuk ke wilayah kekuasaan guru yang dikhawatirkan melakukan rekayasa.

“Kalau misalnya dibutuhkan untuk ujian sekolah nilai tertentu agar bisa lulus, maka guru bisa menyiapkan nilai itu. Itu yang dulu dikhawatirkan, walaupun tidak seluruhnya dan kita juga percaya pada guru, tetapi bahwa itu terjadi yang kemudian memberikan image negatif pada ujian sekolah [secara manual],” terangnya kepada Harian Jogja, Jumat (29/12/2017).

Wuryadi menambahkan, jika sebelumnya kelulusan hanya atas dasar ujian nasional (UN), dianggap tidak adil sehingga ujian sekolah dan nilai rapor selama menempuh pendidikan harus menjadi pertimbangan kelulusan seperti yang diberlakukan saat ini. Saat ini sekolah memiliki peran dalam menentukan kelulusan siswa yang sebelumnya tidak diperhitungkan. Oleh karena itu, ia menilai positif jika UASBN tersebut dihelat dengan berbasis komputer. Apalagi ada wacana ujian sekolah menggunakan soal isian pendek supaya tidak hanya sekedar pilihan ganda. Karena isian pendek dapat dipakai untuk melihat cara berpikir siswa.

“Jelas berkuranglah peluang guru untuk merekayasa nilai, karena ada pihak lain yang bisa ikut menilai,” ujar dia.

Tetapi, Wuryadi menegaskan, soal kesiaapan alat kelengkapan komputer harus sepenuhnya dijamin sekolah yang menyelenggarakan UASBN berbasis komputer. Perangkat untuk bisa online harus dipersiapkan, tetapi Wuryadi meyakini setiap sekolah mampu menerapkan terkait aplikasi seiring meluasnya teknologi informasi.

“Perangkat kerasnya memang yang belum banyak siap, terutama di desa-desa, tetapi itu sedikit demi sedikit bisa dipersiapkan dengan laptop dan lainnya,” ungkap dia.

Terkait pembuatan soal, lanjutnya, hal itu tergantung kesiapan setiap daerah. Tetapi, ia lebih sepakat pembuatan soal UASBN diseragamkan di level provinsi karena provinsi yang akan bertanggung jawab. Jika pada tingkat Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bisa dilaksanakan beberapa sekolah secara bersamaan.

Terkait perbedaan soal antar sekolah, hal itu perlu menjadikan referensi penggunaan kurikulum. Jika tahun sebelumnya menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) harus berbeda antar sekolah, tetapi kurikulum 2013 lebih bersifat sentralistik. “Tetapi tidak mungkin semuanya itu tersentral sama semua dari nasional, lalu setiap sekolah dituntut memiliki kesiapan,” papar dia.

Sebelumnya, Kepala Disdikpora DIY Kadarmanta Baskara Aji menjelaskan, seluruh mapel yang tidak masuk UN akan diujikan dalam UASBN. Sistem pelaksanaannya pun akan disamakan dengan UN dengan berbasis komputer, terutama pada SMK karena ragam mata pelajaran non UN relatif sedikit. Sementara, untuk SMA, pihaknya tak bisa memaksakan karena jumlah mapel tergolong banyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya