SOLOPOS.COM - PENGOLAHAN UANG -- Karyawan Bank Indonesia menerima setoran dari bank umum di Kantor Bank Indonesia, Jl Jendral Sudirman, Solo, Kamis (8/12/2011). Sejumlah uang tak layak edar yang diterima Bank Indonesia selanjutnya diracik atau dihancurkan menjadi bentuk briket. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

PENGOLAHAN UANG -- Karyawan Bank Indonesia menerima setoran dari bank umum di Kantor Bank Indonesia, Jl Jendral Sudirman, Solo, Kamis (8/12/2011). Sejumlah uang tak layak edar yang diterima Bank Indonesia selanjutnya diracik atau dihancurkan menjadi bentuk briket. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

(Solopos.com) – Selama ini, orang awam lebih mengenal Kantor Bank Indonesia Solo sebagai tempat penukaran uang, khususnya menjelang Lebaran. Saat itu orang bisa menukarkan uang untuk mendapatkan uang yang masih baru. Uang yang sudah kumal atau dalam istilah BI disebut uang tak layak edar (UTLE) pun bisa ditukarkan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Nah, lantas bagaimana “nasib” UTLE itu? Kamis (8/12/2011), belasan awak media di Solo berkesempatan mengunjungi proses pengolahan uang dan sistem perkasan di KBI Solo.

Mulai dari tempat penukaran uang. Di tempat itu terlihat adanya lalu lintas uang dari masyarakat. BI selalu menyediakan modal kerja untuk melayani penukaran. Jumlah uang yang keluar harus sama dengan jumlah uang yang masuk. “Kalau ada selisih, maka tiga petugas kasir yang ada di sini harus bertanggung jawab, dengan sistem tanggung renteng. Semakin tinggi jabatan, angka tanggung rentengnya semakin besar. Tapi, alhamdulillah selama ini kami belum mengalami selisih hitung,” kata Kasir Muda Senior I, Agus Indrajayanto.

Sementara itu, di ruang setoran terlihat adanya aktivitas setoran uang dari perbankan. Di situ, BI menerima uang layak edar (ULE) dan UTLE dari perbankan dalam kondisi sudah terpisah. Kemarin, total BI menerima ULE senilai Rp 14,650 miliar dan UTLE mencapai Rp 26,523 miliar. UTLE akan disortir, dan jika ditemukan ULE diatas komposisi 20%, maka bank akan diberi peringatan.

ULE sendiri akan masuk ke ruang mesin sortir uang kertas (MSUK). Di ruang MSUK, tiga orang kasir dan satu pengawas mengolah kembali uang layak edar (ULE). Tidak sembarang orang bisa masuk ruang itu. Termasuk karyawan BI sendiri. “Yang bisa masuk hanya kasir dan Satpam.” Bahkan, untuk masuk ruang tersebut, ada penjagaan super ketat. Satpam akan menggeledah terlebih dahulu kasir yang akan masuk. Kasir masuk harus menggunakan baju laboratorium. Bahkan, kebijakan BI saat ini, celana kasir tidak boleh berkantong. Yang boleh berkantong hanya baju hem.

Mesin MSUK di BI Solo, per hari bisa mensortir 400 broot uang. Satu broot berisi 1.000 lembar uang. “Kalau lembur, kami bisa mensortir 700 broot,” terang Agus.

Di ruang MSUK, jika ditemukan UTLE maka akan dimusnahkan bersama UTLE lain di ruang mesin racik uang kertas (MRUK). Di sinilah UTLE itu akan dihancurkan dan dibuat gumpalan-gumpalan briket. Kapasitas satu kontainer MRUK itu bisa menghancurkan 650 broot uang. “Hari ini UTLE yang masuk MRUK senilai Rp 2,076 miliar yang merupakan uang rusak dan Rp 430.000 yang merupakan uang yang dicabut dari peredaran,” kata Kasir Senior, Siswanto.

BI Solo hanya memiliki 16 orang kasir untuk mengolah uang sebanyak itu tiap harinya. Sementara, uang yang dihancurkan dan sudah dalam bentuk briket, selama ini dibuang ke TPA Mojosongo dengan cara dibenam. Deputi Pemimpin BI Solo Bidang Sistem Pembayaran dan Manajemen Intern (SPMI), Tigor Silalahi, menyampaikan briket itu sebenarnya bisa digunakan untuk kerajinan, asal tidak menimbulkan masalah di masyarakat dan pengambilan briket juga ada ketentuannya.

Hijriyah Al Wakhidah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya