SOLOPOS.COM - Ilustrasi ujian (JIBI/Dok)

SMP Negeri 1 Cangkringan memang bukan sekolah yang letaknya paling atas. Namun, jaraknya yang 10 kilometer dari puncak Gunung Merapi, membuat sekolah ini turut waspada mengikuti naiknya status aktivitas gunung tersebut. Berikut laporan wartawan Harian Jogja, Rima Sekarani I.N.

Bel tanda ujian berakhir baru saja berbunyi. Satu per satu siswa keluar dari tujuh ruangan khusus ujian akhir nasional (UAN). Beberapa siswa langsung memperbincangkan isi ujian mata pelajaran bahasa Inggris yang baru saja dilalui. Beberapa di antara siswa tampak cuek dan hanya mengobrol dan bercanda dengan teman sebaya.

Promosi Komeng The Phenomenon, Diserbu Jutaan Pemilih Anomali

“Sedikit susah, terutama yang hari ini [Rabu]. Saya susah mengartikan kata-kata,” kata Dimas Ujung Prakosa, salah satu siswa kelas 9 di SMP Negeri 1 Cangkringan, Rabu (7/5/2014).

Ungkapan serupa juga dikatakan siswa lain, Hanifan Pupun Juniawan. Dia merasa kesulitan dalam mengartikan kata dalam bahasa Inggris.

Ekspedisi Mudik 2024

Mereka terlihat semangat meski mengaku susah mengerjakan soal ujian. Segala persiapan ujian sudah mereka lakukan. Meski status gunung yang berada tak jauh dari hunian mereka tenga berstatus Waspada.

Baik Dimas maupun Hanifan, merasa tidak terganggu dengan adanya kenaikan status Gunung Merapi dari Normal menjadi Waspada. Meski demikian, besar harapan mereka agar salah satu gunung api paling aktif itu tidak bergejolak tinggi.

“Mudah-mudahan enggak jadi erupsi,” harap Dimas yang ternyata mantan Ketua Osis di SMP Negeri 1 Cangkringan.

Kondisi berbeda dialami Anggita Rahma Tika. Siswa berkerudung berusia 14 tahun itu merasa terganggu secara psikologis. “Ya rasanya takut. Terganggu dan belajarnya jadi enggak konsentrasi,” ucapnya.

Anggita tinggal di Dusun Srunen, Glagaharjo, Cangkringan. Jarak rumah yang hanya delapan kilometer dari puncak Gunung Merapi ternyata membuatnya was-was. Suara gemuruh dan dentuman ketika aktivitas Gunung Merapi meningkat, bisa didengar dari rumahnya. “Pas belajar ada suara gludak-gluduk gitu,” tuturnya.

Menghadapi kemungkinan terburuk, pihak sekolah sudah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kabupaten Sleman. Seusai UAN SMP sederajat hari pertama, keempat kepala sekolah yang tergabung dalam Kelompok Kerja (Pokja) 14 di Kecamatan Cangkringan datang ke Dinas Dikpora Sleman untuk membicarakan langkah-langkah khusus.

Dituturkan Kepala SMP Negeri 1 Cangkringan, Sugianto, dalam pertemuan itu sudah dibuat skenario.  “Seandainya kegiatan Merapi meningkat, SMP yang di Cangkringan pindah ke Ngemplak,” kata Sugianto. Sebanyak 324 siswa dari empat sekolah yang tercatat sebagai peserta UAN SMP sederajat di Cangkringan.

Jika terjadi erupsi, UAN bagi siswa SMP Negeri 1 Cangkringan akan dipindah ke SMP Negeri 1 Ngemplak, sementara siswa SMP Negeri 2 Cangkringan dan SMP Sunan Kalijaga akan dipindah ke SMP Negeri 2 Ngemplak. Sedangkan siswa dari SMP Taman Dewasa Cangkringan akan pindah ke SMP Taman Dewasa Ngemplak.

Siswa pun diberi keistimewaan terkait izin untuk membawa kendaraan ke sekolah. “Kalau sekolah lain kan belum boleh bawa kendaraan, Kalau disini boleh karena tidak ada transportasi umum,” kata Sugianto sembari bercengkrama dengan siswanya seusai ujian.

Dimas yang saat itu tengah dirangkul Sugianto pun langsung mengaku dirinya juga membawa sepeda motor. “Katanya boleh asal tidak masuk ke sekolahan,” kata siswa yang tinggal di Dusun Ngentak, Wukirsari, Cangkringan itu.

Perkataan Dimas lalu disambung oleh Sugianto. “Tapi harus bawa STNK dan pakai helm,” ujarnya yang juga merupakan Kepala Pokja 14. “Siswa sini kan bermacam-macam. Ada yang dari Kepurun (Klaten) dan Srunen juga,” imbuhnya.

Rasa bangga tampak dari wajah Sugianto ketika melihat puluhan anak didiknya masuk ke sebuah ruang kelas. Sekolah itu memang masih memberikan kesempatan bagi siswa yang ingin mengikuti pendalaman materi H-1 ujian.

SMP Negeri 1 Cangkringan terletak di Dusun Watuadeg, Wukirsari, Cangkringan. Dalam kondisi saat ini, informasi yang benar terkait kondisi Merapi menjadi andalan sekolah ini. “Kemarin Senin Pak camat ke sini. Katanya masih aman,” kata Sugianto.

Sugianto juga mengandalkan pemberitaan di berbagai media massa. “Di media massa, Mbah Rono (sapaan akrab bagi Surono, Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM RI) menyampaikan kalau ada dentuman itu justru aman. Mereka [siswa] justru lebih percaya pada Mbah Rono,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya