SOLOPOS.COM - Ilustrasi nonton televisi. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO — Televisi merupakan salah satu media yang memiliki kekuatan sangat besar dalam memengaruhi masyarakat. Kata televisi dalam bahasa Inggris disebut television. Istilah television berasal dari perkataan Yunani Tele artinya Far, Off, jauh. Hingga saat ini, televisi masih dianggap sebagai pusat informasi bagi sebagain besar orang di dunia, termasuk di Indonesia. Sebagai salah satu media massa, televisi memiliki dampak yang kuat dalam membentuk opini publik.

Di Indonesia, televisi dan siaran pertelevisian memiliki sejarah yang panjang. Pada awal kemunculannya, televisi digunakan untuk menyiarkan acara penting, seperti Asian Games atau Upacara Kemerdekaan RI dan mengabarkan berita terkini. Seiring dengan perubahan zaman, program televisi menjadi semakin bervariasi dengan adanya siaran yang lebih bersifat menghibur ketimbang mendidik.

Promosi Keturunan atau Lokal, Mereka Pembela Garuda di Dada

Televisi pada saat ini banyak digunakan sebagai sarana hiburan. Pasalnya masyarakat menganggap TV sebagai sarana hiburan yang paling mudah dan murah. Sehingga saat ini masih banyak penduduk Indonesia bergantung pada program hiburan yang ada di stasiun televisi. Perkembangan program hiburan di Indonesia pun sangat beragam dengan persaingan antar-stasiun televisi yang juga semakin ketat.

Baca juga : Tarif Murah Jasa Sewa Pacar: Usir Kesepian, Cegah Kematian

Ekspedisi Mudik 2024

Sejarah TV

Televisi adalah sebuah media telekomunikasi yang diciptakan dari sinar elektroda ciptaan John Mc. Graham dari Saththam. Penggunaan kata televisi dapat merujuk pada banyak hal, termasuk kotak televisi, acara televisi, ataupun transmisi televisi.

Kotak televisi kali pertama dijual secara komersial sejak 1920-an. John Logie Baird, seorang insinyur listri dari Skotlandia. Dia mendemonstrasikan sistem kerja televisi mekanik pada 26 Januari 1926. Sejak saat itu, televisi menjadi barang elektronik yang bisa ditemui di rumah, kantor bisnis, maupun institusi, khususnya sebagai sumber kebutuhan akan hiburan dan berita serta menjadi media periklanan.

Sejak 1970-an, kemunculan kaset video, cakram laser, DVD dan kini cakram Blu-ray, juga menjadikan kotak televisi sebagai alat untuk menonton materi siaran serta hasil rekaman. Dalam beberapa dekade belakangan ini, siaran televisi telah dapat diakses melalui Internet.

Baca juga : Mimpi Mobil Listrik Murah Jangan Korbankan Lingkungan

Pada masa awal perkembangannya, televisi menggunakan gabungan teknologi optik, mekanik, dan elektronik untuk merekam, menampilkan, dan menyiarkan gambar visual. Bagaimanapun, pada akhir 1920-an, sistem pertelevisian yang hanya menggunakan teknologi optik dan elektronik saja telah dikembangkan. Sat ini, semua sistem televisi modern menerapkan teknologi ini. Walaupun sistem mekanik akhirnya tidak lagi digunakan, pengetahuan yang didapat dari pengembangan sistem elektromekanis sangatlah penting dalam pengembangan sistem televisi elektronik.

Gambar pertama yang berhasil dikirimkan secara elektrik adalah melalui mesin faksimil mekanik sederhana, (seperti pantelegraf) yang dikembangkan pada akhir abad ke-19. Konsep pengiriman gambar bergerak yang menggunakan daya elektrik kali pertama diuraikan pada 1878 sebagai teleponoskop alias konsep gabungan telepon dan gambar bergerak, tidak lama setelah penemuan telepon. Pada saat itu, para penulis fiksi ilmiah telah membayangkan suatu hari nanti cahaya juga akan dapat dikirimkan melalui medium kabel, seperti halnya suara.

Ide menggunakan sistem pemindaian gambar untuk mengirim gambar kali pertama dipraktikkan pada 1881 menggunakan pantelegraf, yaitu dengan mekanisme pemindaian pendulum. Semenjak itu, berbagai teknik pemindaian gambar telah digunakan di hampir setiap teknologi pengiriman gambar, termasuk televisi. Inilah konsep yang bernama perasteran, yaitu proses mengubah gambar visual menjadi arus gelombang elektrik. Stasiun TV pertama didunia adalah W2XB yang berdiri pada 1982.

Baca juga : Bahaya! 1 dari 3 Orang Indonesia Kena Obesitas

Perkembangan TV di Indonesia

Di Indonesia, siaran TV pertama dilakukan pada 17 Agustus 1962, bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-17. Pada saat itu, siaran hanya berlangsung mulai pukul 07.30 WIB sampai pukul 11.02 WIB untuk meliput upacara peringatan hari Proklamasi di Istana Negara.

Berdirinya Televisi Republik Indonesia (TVRI) dikarenakan Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games ke-IV di Stadion Utama Senayan. Pada 24 Agustus 1962 TVRI menyiarkan secara berlanjut berbagai pertandingan tersebut dan siarannya mampu menjangkau seluruh provinsi di Nusantara, yang pada saat itu masih 27 provinsi.

Acara yang pertama tayang yakni siaran langsung upacara pembukaan Asian Games IV dari Stadion Utama Gelora Bung Karno. Kemudian pada 20 Juli 1973 TVRI menayangkan siaran Dunia dalam Berita. Kala itu, program berita tersebut sangat terkenal dan digemari masyarakat. Program siaran ini tayang setiap Senin sampai Jumat pukul 21.00 WIB dengan durasi 30 menit.

Pajak televisi
Ilustrasi pajak televisi (majalahpajak.net)

Selanjutnya ada juga program acara Berpacu dalam Melodi. Acara ini populer pada 1988-1998. “Berpacu dalam melodi…,” begitu Koes Hendratmo selaku presenter berucap mengawali setiap lagu yang harus ditebak judulnya oleh peserta. Tidak hanya itu masih ada juga acara Ria Jenaka, Spontan, dan Album Minggu yang menjadi program andalan TVRI. Namun sekarang acara tersebut sudah tidak ditayangkan lagi.

Ketenaran TVRI sebagai televisi milik negara kemudian mendapat pesaing dari swasta, yaitu RCTI. Stasiun ini merupakan stasiun TV swasta pertama di Indonesia yang naik siar pada 1989. Pada saat itu beberapa siaran terbatas untuk wilayah Jabodetabek saja dan masih membutuhkan decoder.

Di masa-masa awal siaran, RCTI hanya menayangkan acara-acara luar negeri, karena biaya yang lebih murah daripada memproduksi acara sendiri. Namun seiring berkembangnya waktu, RCTI  mampu memproduksi acara TV lainnya seperti Si Doel Anak sekolahan yang dulu sangatlah populer. Sinetron ini memiliki alur cerita mengenai kehidupan Doel dan keluarganya di Betawi yang tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional meskipun hidup di tengah arus modernisasi perkotaan Jakarta. Kemudian ada juga Si Manis Jembatan Ancol, Si Buta Dari Goa Hantu, Tralala Trilili, Tuyul & Mbak Yul dan masih banyak acara lainnya.

Iklan pertama di TV Indonesia muncul pada 1963 dan masih berupa slideshow dari iklan cetak. Produk yang diiklankan pada saat itu adalah iklan Hotel Tjipajung, produk alat-alat berat dan truk dari PT Masayu, susu Indomilk, susu Sedaaap, bir Anker, rokok Mascot dan motor Vespa. Menjelang akhir 1970-an iklan seperti yang dikenal sekarang mulai sering bermunculan.

Baca juga : Gemerlap Itaewon di Balik Tragedi Halloween

TV Digital 

Seiring perkembangan zaman, televisi analog memasuki usia senja dan berganti dengan televisi digital. Perjalanan panjang itu sesungguhnya dimulai sejak 1997. Gagasan perubahan TV analog ke TV digital saat itu sudah dibahas pada 1997 yang kemudian pada 2004 dilakukan migrasi TV analog. UU Cipta Kerja Omnibus Law atau UU Nomor 11 Tahun 2020  menjadi faktor pemicu dan pendorong migrasi ke TV digital dengan mematikan TV analog secara keseluruhan atau (analog switch off/ ASO).

Dalam ayat 2 pasal 60A UU tersebut dijelaskan bahwa migrasi penyiaran televisi terestial dari teknologi analog ke teknologi digital sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan penghentian siaran analog (analog switch off) diselesaikan paling lambat dua tahun sejak UU Ciptaker ditandatangani Presiden Joko Widodo pada 2020.

Siaran televisi zaman sekarang jelas sudah sangat berbeda jauh dari zaman dulu. Pada zaman dulu, masyarakat memandang televisi sebagai barang mewah yang menghiasi rumah. Mungkin dalam satu RT hanya ada satu orang yang mempunyai televisi, bahkan sama sekali tidak ada yang memiliki.



Oleh sebab itu, cara masyarakat zaman dulu menonton siaran televisi pun cukup unik, yaitu dengan menggelar layar di halaman si pemilik TV. Istilah zaman sekarang yaitu nonton bareng alias nobar. Orang yang memiliki televisi dengan senang hati mengeluarkan perangkat elektroniknya ke halaman untuk ditonton bersama tetangga sekitar. Bahkan ada yang rela membuka rumahnya sampai siaran televisi selesai sekitar pukul 00.00 WIB, terutama di malam Minggu atau saat ada siaran yang menarik.

Pastikan tayangan televisi ramah anak. (Freepik)
Ilustrasi anak nonton televisi. (Freepik)

Untuk menyalakan televisi tersebut dibutuhkan aki yang harus di-charge secara rutin. Jika aki habis, maka gambar yang tampil di layar kaca akan bergoyang atau bruwet dan kemudian menghilang. Namun kesulitan semacam itu tidak ditemukan lagi oleh penikmat televisi zaman sekarang.

Saat ini, orang bisa bebas menonton televisi selama 24 jam penuh. Menonton serial favorit di televisi bisa dilakukan kapan saja bahkan hanya dengan streaming menggunakan internet. Jika tidak punya akses internet tenang saja, siaran TV masih bisa dinikmati asal aliran listrik tidak padam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya