SOLOPOS.COM - Para peserta Google News Lab saat menjalani pelatihan di Candiview Hotel Semarang, Minggu (25/3/2018). (Istimewa-AJI Semarang)

Turn back hoax dilakukan Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) dengan memberikan pelatihan Google News Lab di Semarang.

Semarangpos.com, SEMARANG – Penyebaran berita bohong atau hoax di jejaring Internet maupun media sosial belakang ini semakin meningkat. Terlebih lagi saat masa pesta demokrasi atau Pilkada serentak 2018 di berbagai daerah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tak ingin hoax semakin merajalela, Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) menggelar pelatihan Google News Lab (GNL) kepada wartawan di Semarang. Pelatihan yang digelar selama dua hari, Sabtu-Minggu (24-25/3/2018) di Candiview Hotel itu diikuti sekitar 30 jurnalis dari berbagai media yang ada di Semarang, Solo, Yogyakarta, dan Kudus.

Mentor GNL dari Solo, Sifaul Arifin, menyebutkan hoax kerap disebar oleh media-media yang anti-mainstream. Oleh karena itu, sangat perlu bagi para jurnalis untuk mengetahui hoax itu agar tidak menyebar ke masyarakat.

“Untuk mencegah penyebaran hoax, langkah awal yang perlu dilakukan adalah dengan memahami misinformasi dan disinformasi,” ujar pria yang akrab disapa Faul itu.

Faul mengatakan misinformasi merupakan ketidaktahuan seseorang terhadap kebenaran informasi itu. Namun, ia tetap menyebarkan informasi itu sehingga memberikan kesalahan informasi kepada publik.

Faul mengelompok misinformasi itu dalam tujuh jenis, yakni satire (parodi), memelintir berita, konten aspal (asli tapi palsu), konten pabrikasi (tidak ada fakta), tidak nyambung (antara judul dan isi), konteks yang salah, dan konten yang manipulatif.

Pemateri Google News Lab, Sifaul Arifin (kanan), saat memberikan pelatihan Google News Lab di Semarang, Sabtu (24/3/2018). (Istimewa-AJI Semarang)

Pemateri Google News Lab, Sifaul Arifin (kanan), saat memberikan pelatihan Google News Lab di Semarang, Sabtu (24/3/2018). (Istimewa-AJI Semarang)

“Ada tujuh alasan di balik penyebaran misinformasi itu, yakni jurnalisme yang lemah, sekadar buat lucu-lucuan, untuk membuat provokasi, partisanship, mencari keuntungan [clikbait-iklan], gerakan politik, atau propaganda. Ironisnya, ada orang-orang yang sengaja menyebar hoax untuk mencari keuntungan,” beber Faul.

Sementara itu, pemateri lainnya, Yekthi Hesthi Murti, memberikan beberapa tips melawan hoax. Beberapa tips itu antara lain dengan tidak mudah percaya dengan informasi yang dibagikan baik melalui jejaring Internet maupun aplikasi messengger, seperti Whats Apps.

“Lebih baik dicek dulu kebenaran melalui alamat situs sumber berita. Kalau masih ragu bisa dicek pemilik situsnya melalui Who.is atau DomainBigdata,” terang Yekthi.

Selain itu, pembaca juga disarankan untuk berhati-hati dengan judul berita yang sensasional. Judul yang sensasional terkadang kerap menipu dan tidak selaras dengan isi berita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya