SOLOPOS.COM - Situs turnbackhoax.id (Turnbackhoax.id)

Survei membuktika media sosial menjadi sumber utama penyebaran hoax.

Solopos.com, SOLO — Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) merilis survei tentang informasi palsu (hoax) yang tengah marak di Tanah Air. Dari hasil survei itu, diketahui media sosial menjadi sumber utama peredaran hoax.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Proses survei dilakukan secara online dan melibatkan 1.116 responden. Sebanyak 91,8 persen responden mengatakan berita mengenai Sosial-Politik, baik terkait Pemilihan Kepala Daerah atau pemerintah, adalah jenis hoax yang paling sering ditemui. Persentasi hoax di media sosial tersebut mencapai 92,40 persen.

Selain itu, 62,8 persen responden mengaku sering menerima hoax dari aplikasi pesan singkat seperti Line, Whatsapp atau Telegram.

Dilansir Liputan6, Senin (13/2/2017), saluran penyebaran hoax lainnya adalah situs web dengan angka 34,9 persen, kemudian televisi 8,7 persen, media cetak 5 persen, email 3,1 persen, dan radio 1,2 persen. Sebanyak 96 persen responden juga berpendapat hoax dapat menghambat pembangunan.

“Hoax sengaja dibuat untuk memengaruhi opini publik dan kian marak lantaran faktor stimulasi seperti Sosial Politik dan SARA. Hoax ini juga muncul karena biasanya masyarakat menyukai sesuatu yang heboh,” ujar Ketua Umum Mastel, Kristiono, saat ditemui di kawasan Jakarta, Senin (13/2).

Dalam survei yang sama juga diungkapkan 90,3 persen responden menjawab bahwa hoax adalah berita bohong yang disengaja, 61,6 persen mengatakan hoax adalah berita yang menghasut, 59 persen berpendapat hoax adalah berita tidak akurat, dan 14 persen menganggap hoax sebagai berita ramalan atau fiksi ilmiah.

Selain itu, 12 persen mengatakan hoax adalah berita yang menyudutkan pemerintah, 3 persen menjawab “berita yang tidak saya sukai”, dan hanya 0,6 responden tidak tahu mengenai hoax.

Ketidakjelasan sumber berita membuat 83,2 persen responden langsung memeriksa kebenaran berita itu, serta 15,9 persen langsung menghapus dan mendiamkannya. Hanya 1 persen responden menyatakan langsung meneruskan berita tersebut.

Dari data itu, Kristiono menilai responden sudah cukup kritis karena mereka telah terbiasa memeriksa kebenaran berita. “Ini artinya sudah bagus. Tinggal bagaimana mencegah kelompok silent majority berpindah menjadi haters,” tuturnya.

Survei tentang wabah hoax nasional ini melibatkan responden dengan rentang usia 25 sampai 40 tahun sebanyak 40 persen, di atas 40 tahun 25,7 persen, 20 sampai 24 tahun 18,4 persen, 16 sampai 19 tahun 7,7 persen, dan di bawah 15 persen 0,4 persen. Survei berlangsung selama 48 jam sejak 7 Februari 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya