SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, BOYOLALI—Sudah sejak pukul 07.00 WIB, Le Ngoc Ai Nhung, 25, melangkahkan kaki ke halaman Kantor Kecamatan Cepogo, Boyolali.

Perempuan asal Vietnam ini mengurai sebagian rambutnya yang sepanjang punggung. Dia juga tak segan mengenakan kebaya warna merah, berpadu wastra bermotif parang yang dia lilitkan mirip kain jarik.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dua hari sudah Ai Nhung sengaja tinggal di Boyolali. Sebelumnya dia mendapatkan informasi tentang acara Grebeg Nyadran yang bakal di Cepogo, Minggu (14/4/2019), lewat seorang dosen di Jogja.

“Kemudian memutuskan datang ke Boyolali khusus untuk acara ini,” kata dia ketika berbincang dengan Solopos.com, di sela-sela acara.

Wajah perempuan yang masih berstatus mahasiswa jurusan Bimbingan Konseling (BK) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini makin berbinar ketika empat belas gunungan disiapkan untuk diarak dalam agenda Grebeg Nyadran. Di hadapan Ai Nhung, ribuan warga Cepogo dan Boyolali tumpah-ruah di jalan-jalan sekitar kantor kecamatan.

Empat belas gunungan, masing-masing tujuh berisi hasil bumi dan tujuh berisi jajan tradisional diarak dari sisi atas dan bawah kira-kira berjarak 500 meter dari Kantor Kecamatan Cepogo.

Puluhan warga yang membawa gunungan merupakan perwakilan dari 15 desa di Cepogo. Mereka mengenakan kain lurik dan blangkon yang menunjukkan identitas masyarakat Jawa.

Arak-arakan gunungan dibarengi dengan ratusan tenongan di belakangnya. Setiap desa membawa 21 tenongan yang masing-masing berisi makanan pokok.

Ada yang membawa gethuk, ayam goreng, maupun urap yang diletakkan dalam wadah berbahan anyaman bambu itu.

Keempat belas gunungan kemudian diletakkan di halaman kantor kecamatan. Sementara ratusan tenongan tetap berada di pinggir-pinggir jalan, berdekatan dengan ribuan warga yang menyaksikan kirab gunungan.

Warga membuka tutup tenongan secara serentak dan memperebutkan isi di dalamnya untuk dimakan bersama. Ritual ini dalam istilah Jawa lazim disebut kembul bujana atau makan bersama-sama.

“Tradisi yang ramai sekali dan menyediakan banyak makanan ini baru pertama kali saya lihat di Indonesia,” kata Ai Nhung yang sudah delapan bulan menetap di Jogja.

Di Vietnam, acara kebudayaan yang melambangkan rasa syukur tak banyak dijumpai Ai Nhung.

Rasa takjub yang sama diungkapkan Diana, 27, warga Hongaria. Diana yang juga tinggal di Jogja beberapa kali sengaja datang ke Cepogo untuk menyaksikan ritual sadranan. “Sebab di negara saya tidak ada ritual serupa,” tambah dia.

Diana yang fasih berbahasa Indonesia ini juga tak henti-hentinya berdialog dengan warga lokal. Dari sana, perempuan itu tahu makna sadranan yang didefinisikan sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sebelum keempat belas gunungan dibawa kembali ke luar untuk diperebutkan, lantunan selawat dan doa dibaca bersama-sama dengan dipimpin seorang pemuka agama.

Tak berselang lama, belasan penari topeng ireng tampil mengawali arakan gunungan. Gunungan berhenti di titik-titik yang telah ditentukan.

Tak butuh waktu lama, warga yang telah menunggu sejak pagi segera menuju ke dekat gunungan yang akan diperebutkan.

Agenda Tahunan 

Salah seorang warga Cepogo, Rahmah, meyakini hasil bumi dan makanan yang didapat dari gunungan bisa membawa keberkahan tersendiri dalam kehidupan.

“Mungkin karena ada doanya, jadi semoga dapat berkahnya,” tutur dia.



Wakil Bupati Boyolali, M. Said Hidayat, mengatakan sadranan menjadi agenda rutin tahunan bagi warga Cepogo. Dia berharap agenda ini tak sekadar menjadi agenda. “Namun juga bisa meresapi tujuan sebenarnya dari sadranan, yaitu ungkapan rasa syukur kepada Tuhan,” kata dia.

Said juga mengatakan inovasi sadranan bisa dilakukan untuk tahun-tahun yang akan datang. “Misalnya dengan menambahkan penjelasan mengenai sisi historis dari grebeg ini, bagaimana tradisi grebeg dapat berlangsung dari tahun ke tahun,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya