SOLO–Pemerhati budaya Solo, Tunjung W Sutirto mengatakan bahwa bangsa ini terjebak pada khayalan dan pencitraan yang dipompa dari media massa.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Akibatnya, masyarakat tidak lagi bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak nyata.
“Semua dilihat sama sebagai suatu kenyataan,” demikian catatan refleksi akhir tahun yang dikemukakan Tunjung kepada Espos, Sabtu (30/12/2011).
Dosen UNS Solo itu menilai, kekuatan rekayasa budaya pencitraan telah menjebak bangsa Indonesia untuk masuk amat dalam kepada kultur semu, antiobyektifitas, bukan kebenaran.
Tetapi pembenaran, artificial dan bukan yang esensial, menyukai kepada budaya kemasan, lebih mengagungkan yang profan daripada yang spiritual.
(asa)