SOLOPOS.COM - Ilustrasi sayur bening alias jangan loncom. (Freepik)

Solopos.com, SOLO – Pengetahuan tentang kuliner yang berkembang pada kehidupan masyarakat Jawa tertuang dalam Serat Centhini. Sampai saat ini masih ada beberapa jenis olahan kuliner tradisional yang tetap eksis meski digempur arus globalisasi. Hal ini pada dasarnya terjadi karena makanan merupakan kebutuhan primer manusia.

Berbagai jenis makanan yang ada di dunia tercipta dari pemanfaatan sumber daya alam di sekitar tempat tinggal manusia. Makanan merupakan hasil kreasi masyarakat memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dan dipadukan dengan pengetahuan yang dimiliki. Bagi masyarakat Jawa, makanan dengan segala variannya memiliki sejarah panjang yang disebutkan dalam berbagai peninggalan tertulis, seperti prasasti dan karya sastra.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dalam Serat Centhini, makanan dibedakan dalam beberapa jenis atau kategori, yaitu makanan pokok, camilan, jajanan, minuman, dan buah-buahan. Sampai saat ini masih ada beberapa jenis makanan tradisional yang tersebut dalam Serat Centhini dan tetap eksis dalam kehidupan masyarakat Jawa.

Baca juga : Fantasi Klaten Jadi Kota Soto yang Abadi

Tumpeng Megana

Pertama yaitu tumpeng megana yang dipakai untuk perlengkapan sesaji. Biasanya makanan ini dibuat ketika seseorang memiliki hajatan, tepatnya saat memasang tarub. Sesaji berupa tumpeng ini dililiti kacang panjang rebus yang dilingkarkan sampai ke puncak. Di bagian atas tumpeng diberi cabai merah. Sementara di sebelah kanan dan kirinya dihiasi dengan aneka sayur dan lauk pauk. Tumpeng itu disajikan di tampah yang dialasi daun pisang.

Tumpeng megana sebagai sesaji memiliki makna bahwa manusia awalnya tidak ada di dunia secara fisik. Namun, roh sucinya sudah ada dan berada di sisi Sang Ilahi. Tumpeng dan segala perlengkapannya itu merupakan perumpamaan Gunung Meru yang sedang diputar Dewa Siwa. Kacang panjang yang melilit tumpeng diibaratkan sebagai Naga Antaboga yang dipakai Dewa Siwa untuk mengaduk Gunung Meru. Sementara lauk pauknya adalah isi lautan. Serta cabai dan bawang di puncak adalah api yang menjilat ke angkasa.

kuliner serat centhini
Ilustrasi tumpeng megana. (Twitter)

Jangan Loncom

Sayur berbahan dasar bayam jagung manis, dan wortel. Cara mema[1]saknya hanya diberi air saja, dengan bumbu bawang merah, garam, gula merah, kunci. Sayur ini satu kelompok dengan sayur menir, dan sup. Sayur menir atau jangan menir termasuk olahan sayuran bening. Sayuran ini umumnya dikonsumsi oleh ibu-ibu yang sedang menyusui. Hal itu sebagai asupan makanan agar ASI lancar dan deras. Pada umumnya jangan loncom dibuat untuk menu makan siang karena pada siang hari udara panas sehingga jika mengkonsumsi sayur ini terasa segar.

Sama halnya seperti tumpeng, sayur bening alias jangan loncom juga menjadi makanan yang lekat dengan masyarakat Jawa di berbagai wilayah. Masakan ini umum disajikan kepada tamu di siang hari. Masyarakat Jawa meyakini bahwa menyantap makanan ini tubuh akan terasa segar, apalagi saat cuaca panas.

Baca juga : Pindang, Olahan Ikan Mandi Garam

Kuliner

Sejak dulu sampai sekarang, pembahasan seputar kuliner seperti tidak ada matinya. Saat ini, kuliner menjadi primadona yang menarik untuk diperbincangkan. Berburu dan menikmati kuliner legendaris menjadi agenda penting yang tidak bisa ditinggalkan banyak orang ketika berkunjung ke tempat yang baru. Di masa lalu, perburuan dan penyajian kuliner pun telah menjadi topik yang penting dan menarik, seperti dibuktikan dalam Serat Centhini.

Berbagai jenis kuliner yang termasuk makanan yang terkandung dalam Serat Centhini berbahan dasar dari pala kependhem (umbi-umbian), pala gumantung (buah-buahan) dan pala kesimpar (buah di atas permukaan tanah). Selain sebagai makanan pokok, hasil bumi tersebut juga menjadi hidangan untuk berbagai kondisi, seperti perjamuan tamu, kelengkapan upacara adat, bergotong royong dan sebagainya.

Kuliner yang berupa minuman antara lain: teh, kopi, wedang bunga srigading, minuman blimbing wuluh, minuman bunga tempayang, minuman bunga sridenta, wedang jahe, wedang daun kemadhuh, wedang temulawak, legen, air kelapa, cao, maupun dhawet.

Baca juga : Sunan Kuning, Sosok Pahlawan yang Jadi Nama Lokalisasi di Semarang

Makanan pada Serat Centhini tidak hanya dihidangkan pada saat makan utama saja, tetapi juga pada peristiwa-peristiwa penting lainnya. Serat Centhini juga menyebutkan, sajian makanan khusus juga diberikan kepada tamu yang datang kerumah. Hidangan ini terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, minuman dan aneka buah. Makanan utama yang biasa disajikan bisa berupa nasi liwet, nasi tumpeng, nasi uduk, nasi golong, nasi ketan, nasi megana, nasi kebuli dan nasi jagung.

Dari uraian tersebut tampak bahwa Serat Centhini memberikan data penting tentang kuliner Jawa yang telah ada pada masa lalu. Berbagai macam nama makanan dan minuman menunjukkan betapa kayanya makanan tradisional Jawa. Selain hal itu, kuliner yang ada dalam Serat Centhini tidak semata-mata sebagai menu makanan dan minuman saja, melainkan juga digunakan sebagai perlengkapan upacara ritual tertentu, misalnya sebagai bahan atau perlengkapan meruwat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya