SOLOPOS.COM - Espos/Hijriyah WaKhidah

Siapa yang tak kenal dengan masakan yang satu ini. Di Solo dan sekitarnya,

menu ini sangat mudah ditemui di kampung-kampung, di pinggir jalan, di pusat keramaian dan juga di warung-warung tenda.

Terlebih, pada pagi hari selepas Subuh. Di perkampungan, menu bernama sambal tumpang atau akrab pula disebut bothok ini sering disandingkan dengan menu utama, seperti bubur jenang, sayuran atau bahkan nasi. Sehingga, banyak masyarakat yang kerap memburu menu ini sebagai menu sarapan.

Tidak hanya itu, oleh beberapa orang, menu ini juga dianggap sebagai menu penggugah selera.
Kurang tahu persis mengapa menu ini dinamakan dengan sambal tumpang. Mungkin karena letaknya selalu di atas atau ditumpangkan di atas menu utama maka menu ini disebut dengan sambal tumpang.

Bagi masyarakat Solo dan sekitarnya, sambal tumpang dianggap sebagai salah satu menu masakan warisan nenek moyang yang bikin terkenang. Menu ini menjadi satu menu andalan bagi pedagang kecil di perkampungan karena dianggap murah meriah.

Sambal tumpang banyak dipilih sebagai salah satu menu alternatif pengganti bumbu pecel. Hanya bedanya, jika bumbu pecel terbuat dari bumbu kacang, sambal tumpang ini menggunakan bahan dasar tempe besem atau tempe semangit yakni tempe yang sudah didiamkan satu hingga dua hari. Tempe itu sudah setengah membusuk. Tapi, itulah yang menjadi keunikan dari menu khas Solo ini. Maka, ada pula yang bilang, makin busuk tempe, aromanya akan semakin kuat.

Di Wedangan Kedai Kita, sebuah warung makan di Jl Melati No 13, Badran, Purwosari, sambal tumpang ini tak kalah dengan menu masakan khas lain, seperti soto dan timlo.

“Sejak saya buka usaha ini enam bulan lalu, sambal tumpang jadi salah satu menu andalan yang selalu saya persiapkan setiap harinya. Karena, banyak yang suka,” kata pemilik Wedangan Kedai Kita, Siti Rejeki, 52, saat ditemui Espos, Rabu (14/3).

Menu sambal tumpang yang ia sajikan terbilang sederhana. Ia hanya menggunakan tahu putih dan rambak sayur sebagai isinya. Tapi, akan terasa wah saat disajikan bersama dengan sepiring sayur-sayuran berikut nasinya.

Sebelum diolah, Siti terlebih dahulu menyediakan tempe besem untuk kemudian direbus bersama dengan bumbu-bumbu yang diperlukan, seperti bawang merah, bawang putih, kencur, lengkuas dan cabai. Setelah direbus, bahan-bahan tersebut ditumbuk, baru dimasak lagi dengan air santan. Siti tak lupa menambahkan bahan lain seperti tahu, petai, daun jeruk, daun salam dan rambak sayurnya.

 

Espos/Hijriyah WaKhidah

“Rasa manis, asin dan pedas bercampur membuat sambal tumpang ini nikmat. Apalagi, dengan tempe besem ini, menjadikan menu ini memiliki aroma yang khas. Kemudian, dengan ditambah petai maka akan semakin menggugah selera makan pembeli,” terang Siti.
Di tempat Siti, pelanggan lebih sering memesan sambal tumpang ini bersama dengan sayuran.

 

“Ada juga yang hanya  sebagai lauk.”
Satu porsi sayuran dan sambal tumbang seharga Rp3.500. “Jadi, memang murah meriah.”
Ada pula yang membuat sambal tumpang ini dengan menggunakan daging. Bisa daging sapi atau daging ayam. Saat memasak, daging ikut direbus bersamaan dengan tempe besem. Menu ini memang bisa dikembangkan sesuai dengan selera masing-masing. Bahkan, bagi yang tidak menyukai petai,  bisa memilih alternatif lain agar masakan lebih mantap.

“Di tempat saya tidak pakai petai. Karena, tidak semua pembeli suka petai,” kata Ny Sumanto, pemilik warung Mbok Manto yang berlokasi di Teposan, RT 002/RW 002, Sriwedari, Laweyan, Solo.

Penikmat sayuran dan sambal tumpang bisa juga menikmati menu ini dengan tambahan rempeyek teri, kerupuk gendar atau kerupuk lainnya untuk memberikan sedikit rasa gurih.
Bagi Ny Sumanto, tumpang merupakan menu khas yang selalu tersaji di meja usahanya tersebut.

“Sejak tahun 1982, saya selalu memasak sambal tumpang sebagai salah satu menu warisan dari ibu saya.”
Baik Siti maupun Ny Sumanto mengaku pelanggan lebih sering mencari menu sambal tumpang ini sebagai menu sarapan pagi.

“Karena dengan kuah santan plus tahu ini, makanan ini cepat membuat perut kenyang. Bagi orang yang mau bekerja, tentu menu ini lebih banyak dicari, daripada sup atau menu yang lainnya.”

Tidak hanya disukai masyarakat Solo. Menu ini banyak juga dilirik turis asing. Di Warung Makan Bu Zaenal, menu ini banyak diburu turis asal Suriname dan Belanda yang dibawa biro perjalanan wisata. “Saya kurang tahu bagaimana pendapat mereka. Tapi, setiap kali ada turis datang makan di warung kami, selain memburu menu khas lain seperti pecel, soto, mereka juga tak luput mencicipi sambal tumpang,” kata pemilik warung, Ny Zaenal Abidin, 46.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya