SOLOPOS.COM - PENDERITA TUMOR--Nyata Ramadan Kelfin Sebastian berdiri di depan pintu rumahnyadi Dukuh Pule RT 18/RW IV, Desa Denanyar, Tangen, Sragen, Rabu (25/5). (JIBI/SOLOPOS/Tri Rahayu)

Tak ada air mata, tak ada tangis dari sosok bocah berumur 3,5 tahun yang tinggal di Dukuh Pule RT 18/RW IV, Desa Denanyar, Tangen, Sragen. Padahal bocah mungil bernama Nyata Ramadan Kelfin Sebastian ini menderita tumor ganas di bagian matanya sejak 1,5 tahun lalu. Benjolan sebesar bola kasti menempel di dekat mata sebelah kirinya. Nyaris kelompak matanya tertutup daging tumbuh yang setiap hari kian membesar.

PENDERITA TUMOR--Nyata Ramadan Kelfin Sebastian berdiri di depan pintu rumahnyadi Dukuh Pule RT 18/RW IV, Desa Denanyar, Tangen, Sragen, Rabu (25/5). (JIBI/SOLOPOS/Tri Rahayu)

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sebuah benjolan kecil juga terlihat di bagian kanan mata anak dari pasangan Suprapto, 33, dan Eni, 20. Hanya mata kananya yang membantu melihat dengan sempurna setiap pemandangan di sekitar rumahnya yang dihuni tiga kepala keluarga (KK). Nyata tak mengeluhkan penyakitnya. Bocah di bawah lima tahun (Balita) itu justru agresif dan kemampuan motoriknya tinggi.

Nyata suka berlari-lari kecil menemani neneknya, Giyem, 55, yang tengah menjemur pripilan jagung di halaman samping rumahnya saat rombongan Espos bertandang, Rabu (25/5) pagi. Senyum malu terbersit di wajahNyata ketika menjadi perhatian banyak orang.

“Anak itu tak pernah mengeluh sakit, apalagi menangis. Tiap hari yaseperti itu, berlari-lari kecil tak pernah diam,” jawab Giyem sembari membolak-balik pipilan jagung yang dijemur dengan alas terpal.

Kalau malam pun, terang Giyem, juga tidak rewel. Namun, anehnya anak itu tak doyan nasi. Untuk kebutuhan makannya, Giyem dan orangtua Nyata hanya menyediakan susu dan roti. Selain itu Nyata suka dengan jajanan dari penjual keliling yang sering lewat di jalan samping rumahnya. “Kalau disuapi nasi malah muntah. Bubur nasi pun juga tidak mau. Anak ini hanya mau makan roti dan susu. Satu hari bisa menghabiskan susu satu kaleng,” ujar Giyem.

Tak lama berlalu, Tukiman, 61, kakek Nyata datang menyapa. Dia menceritakan tentang penderitaan Nyata. “Kalau pas bagian tumor itu panas pasti berdampak pada keluarnya darah di lubang telinga kanan dan kirinya. Saat keluar darah itu pun tak ada tangis dari bocah ini. Gejala tumor ini terjadi sejak Nyata berusia 2 tahun,” kisahnya.

Terjerat biaya
Menurut Eni, sang ibu, benjolan kecil itu awalnya terlihat di bagian belakang telinga kanan. Tak lama kemudian benjolan itu hilang dan pindah di bagian mata kiri. “Benjolan di mata kiri itu terus membesar. Kami sudah membawanya ke RSUD Sragen selama beberapa hari dan dirujuk ke RSU dr Moewardi Solo. Anak saya pernah menjalani terapi kemo di RSU dr Moewardi dan perawatan lainnya selama 15 hari. Namun akhirnya disuruh pulang untuk mengurus surat-surat miskin,” kisah Eni.

Untuk bolak-balik Sragen-Solo, Suprapto dan Eni yang bekerja sebagai bvuruh tani sudah menghabiskan uang Rp 3 juta. Rumahnya yang terletak di perbatasan Sragen dan Purwodadi mengakibatkan ongkos transportasi mahal. Padahal penghasilan mereka tidak tentu. “Maksimal hanya bisa mendapatkan uang Rp 20.000/hari. Itu pun pas lagi untung. Kalau apes, tiap hari ya tidak dapat penghasilan apa-apa,” ujar Suprapto.

Mereka berharap RSU dr Moewardi bisa mengobati anaknya sampai sembuh tanpa biaya. Surat keterangan miskin sampai rekomendasi dari Dinas Sosial Pemkab Sragen sudah disiapkan. Mereka kini hanya menunggu terkumpulnya biaya untuk ongkos transportasi ke Solo.

Tri Rahayu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya