SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Solopos.com, SOLO–Tumbuh kembang anak tidak bisa dilepaskan dari stimulasi yang diberikan oleh orang-orang di sekitar anak. Jika stimulasi yang diberikan tepat, anak pun akan tumbuh lebih optimal.

Seorang ibu rumah tangga asal Karangasem, Solo, Anti, 33, mengungkapkan sejak kedua buah hatinya masih bayi, ia berusaha memberikan berbagai stimulasi. Salah satunya stimulasi agar anaknya pandai berkomunikasi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Walaupun saat bayi belum bisa bicara, saya ajak mereka berkomunikasi. Kadang mereka memberikan respons dengan tersenyum, tertawa. Rasanya senang sekali,” ungkapnya saat ditemui solopos.com di tempat kerjanya, Sabtu (3/5/2014).

Ekspedisi Mudik 2024

Ketika anak sudah mulai bisa mengucakan kata-kata, ungkapnya, Anti lebih intensif mengajak mereka berkomunikasi. Tak hanya itu, karyawan sebuah perusahaan swasta ini juga berusaha menumbuhkan rasa percaya diri anak, dengan sering mengajak mereka berkomunikasi dengan orang lain. “Mereka sering saya ajak ketika ada pertemuan keluarga atau saat saya dan suami ada acara dengan teman-teman. Tujuannya agar mereka lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan baru,” ungkapnya.

Meski stimulasi yang diberikan kepada kedua buah hatinya relatif sama, ungkapnya, hasilnya tidak sama. Anti menceritakan, anaknya yang pertama lebih mudah dan lebih cepat beradaptasi dibandingkan anaknya yang kedua.

Psikolog dari SD Al Islam Jamsaren, Solo, Hastuti, mengungkapkan upaya melatih anak berkomunikasi, harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak. Orang tua seharusnya melatih anaknya berkomunikasi, sejak anak masih bayi. Terutama ketika anak mulai merespon ketika diajak bicara. Meski ketika diajak berkomunikasi seorang bayi hanya melihat atau tertawa, hal itu menandakan adanya komunikasi antara orang tua dan anak. Melatih anak berkomunikasi bisa dilakukan setiap hari ketika orang tua sedang melakukan aktivitas bersama anak.

“Misalnya sambil memandikan anak, orang tua bisa mengajak anak berkomunikasi dengan mengatakan, ‘Ayo nak mandi, badannya disiram ya, pakai sabun wangi.’ Dari kmunikasi itu, secara langsung anak mulai mengenal kosa kata,” ungkapnya.

Bahkan menyanyi di depan anak, katanya, juga bagian dari komunikasi orang tua dengan anaknya yang masih bayi. Sebaiknya, komunikasi dilakukan dengan bahasa dan intonasi yang lembut sehingga membuat bayi nyaman dan senang. Demikian juga ketika anak sudah mulai bisa berbicara, terangnya, biasakan mereka menyampaikan keinginannya.

Senada, pskolog dari Universitas Setia Budi (USB) Solo, Rosita, mengungkapkan upaya melatih anak berkomunikasi sebenarnya bisa dimulai sejak anak lahir. Karena belum bisa berbicara, bayi menyampaikan komunikasi dengan bahasa tubuh. Misalnya menangis, tersenyum, berceloteh. “Stimulasi yang tepat dari orang tua akan semakin mengasah kemampuan anak berkomunikasi. Jadi ketika berhadapan dengan bayi, orang tua jangan hanya diam saja,” ungkapnya.

Lambat laun, terangnya, apa yang biasa didengar anak akan ditirukan ketika ia mulai bisa berbicara. Oleh karena itu orang tua perlu berhati-hati dalam berkomunikasi. Jangan sampai anak meniru kata-kata yang tidak baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya