SOLOPOS.COM - Jelena Ostapenko menjuara Prancis Open 2017. (JIBI/Reuters/Benoit Tessier)

Jelena Ostapenko menjuara Prancis Open 2017 setelah menaklukkan unggulan ketiga turnamen.

Solopos.com, PARIS — Tidak ada dongeng yang lebih indah di Prancis Open 2017 selain kesuksesan petenis nonunggulan Jelena Ostapenko menjuarai turnamen grand slam di Roland Garros ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dengan senyum berseri-seri, remaja berusia 20 tahun tersebut menerima trofi grand slam pertama dalam kariernya setelah menumbangkan unggulan ketiga Simona Halep lewat pertarungan sengit di babak final, Sabtu (10/6/2017) malam WIB. Ostapenko menundukkan Halep dengan rubber set  4-6, 6-4, 6-3.

Jangankan difavoritkan juara, keberhasilan Ostapenko menembus babak final sudah menjadi kejutan besar. Maklum, Ostapenko tidak masuk daftar unggulan di turnamen grand slam tanah liat ini. Ostapenko pun mencetak sejarah baru sebagai petenis Latvia pertama yang berhasil mengangkat gelar grand slam. Ia juga dinobatkan sebagai petenis nonunggulan pertama yang bisa meraih trofi Suzanne Lenglen Cup, sebutan gelar tunggal putri Prancis Open, sejak petenis Britania Raya, Margaret Schriven melakukannya pada 1933.

“Saya tidak percaya saya bisa menjadi juara Roland Garros pada usia 20 tahun. Saya senang bermain di sini, dan sudah cukup luar biasa bisa tampil di sini. Saya tahu sejarah, di mana ketika saya lahir [1997], Gustavo Kuerten [petenis legendaris Brasil] menjuarai Roland Garros pertamanya. Saya sangat bahagia, tidak ada kata-kata lain. Inilah mimpiku. Saya benar-benar bahagia,” ujar Ostapenko dalam wawancara dari pinggir lapangan, seperti dilansir Reuters.

Meski demikian, usaha Ostapenko untuk mewujudkan mimpi meraih gelar grand slam pertamanya ini tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Sejak set pertama, dia sudah dipaksa bekerja keras meladeni perlawanan Halep yang usianya lebih tua lima tahun darinya. Ostapenko pun menyerah 4-6.

Namun, Ostapenko bukan tipe remaja yang gampang menyerah. Dia melakukan comeback sempurna di set kedua dan ketiga. Total, Ostapenko melejit dengan 54 pukulan winner dan sempat memenangi empat game beruntun di bawah terik sinar matahari di lapangan Philippe Chartrier.

“[Bisa bangkit setelah tertinggal di set pertama dan 0-3] saya tahu Simona pemain hebat dan dia bermain luar biasa. Saya beberapa kali melewatkan kesempatan, namun saya tetap menjaga diri tetap agresif dan bermain sesuai gayaku. Ketika saya tertinggal 1-3, namun saya tetap berjuang,” jelas Ostapenko yang mulai dikenal dengan pukulan forehand mematikan itu, seperti dilansir Telegraph.co.uk

Kegigihan Ostapenko  melakoni comeback memang tak main-main. Ia pun menjadi petenis putri pertama yang mampu juara setelah tertinggal di set pertama pada babak final, sejak pemain legendaris Amerika Serikat, Jennifer Capriati, melakukan hal serupa pada 2001.

Sebaliknya, raut kekecewaan jelas terlihat pada Halep. Petenis Rumania itu mengalami deja vu, kalah di final Prancis Open untuk kali kedua, seperti yang dialaminya ketika takluk dari Maria Sharapova pada 2014. Halep juga harus mengubur mimpi meraih grand slam pertama dalam kariernya sekaligus gagal meraih posisi ranking 1 dunia.

“Ini hari yang berat karena tidak bisa mennang, namun tetap berusaha dan yakin,” jelas Halep.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya