SOLOPOS.COM - Para tukang becak dan bentor yang tergabung dalam Paguyuban Bentor Ngudi Rejeki Sragen berfoto bersama di depan Sekretariat Formas di Mojo, Sragen Kulon, Sragen, belum lama ini. (Istimewa/Paguyuban Ngudi Rejeki Sragen)

Solopos.com, SRAGEN — Sebanyak 180 tukang becak, baik becak kayuh maupun becak motor (bentor) yang tergabung dalam Paguyuban Ngudi Rejeki Sragen berharap ada kompensasi atas naiknya harga bahan bakar minyak (BBM). Para tukang becak ini merupakan kelompok masyarakat yang terdampak atas kebijakan pemerintah tersebut.

Harapan itu disampaikan Ketua Paguyuban Ngudi Rejeki Sragen, Lukman, saat ditemui Espos di kediamannya di Asem Rejo, Karangtengah, Sragen, Selasa (6/9/2022). “Walau pun hanya beras sejumput harapannya ada kompensasi bagi kami,” harap Lukman.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Dia menjelaskan para pengemudi bentor terkena efek naiknya harga BBM itu. Sebelum naik pun, kondisi mereka memprihatinkan. Kini ditambah kenaikan harga BBM, situasinya jadi semakin sulit.

“Kami sudah mewanti-wanti sejak dulu kepada para tukang becak agar tidak pernah memasang tarif. Ongkos penumpang itu berdasarkan kesepakatan, meskipun terkadang ada tawar-menawar tetapi ongkos tidak terlalu tinggi. Kondisi sekarang para tukang becak, terutama bentor, pun tidak bisa diandalkan. Dua hari tidak narik penumpang pun sering dialami,” jelas Lukman.

Baca Juga: Harga BBM Naik, Pengemudi Bentor Sragen Tak Berani Naikkan Tarif

Lukman sendiri tidak bisa mengandalkan penghasilan dari menarik bentor. Dia mencari pekerjaan sampingan dengan menjadi marbot di Musala Shopping Center Sragen dan menjadi juru parkir di tempat itu.

Belakangan Lukman libur menarik becak karena harus menggantikan anaknya menjadi tukang parkir di Pasar Nglangon karena anaknya sakit. Ia pun masih menanggung dua anaknya yang masih sekolah di SMP dan SMA. “Kadang juga membantu istri membuat risoles untuk dijual ke Pasar Nglangon,” jelasnya.

Jumlah tukang becak baik kayuh dan bentor di Sragen, menurutnya, bertambah. Awalnya jumlah anggota paguyuban hanya 101 orang, tetapi sekarang terus bertambah menjadi 180 orang. Belum lagi ditambah tukang becak yang tidak masuk anggota paguyuban.

Baca Juga: Kenaikan Harga BBM Bikin Sopir Angkudes Sragen Semakin Terjepit

“Tukang becak anggota paguyuban itu memiliki seragam yang dipakai setiap Senin dan Kamis yang menjadi ciri khas paguyuban. Penumpang paling sepi itu ada di Jalan Raya Sukowati. Pernah ada anggota sampai dua pekan tidak ada pemasukan karena penumpangnya sulit,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya