SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta–Pengiriman LNG perdana yang mengalir dari lapangan Tangguh (Papua) kemungkinan besar akan dialihkan dari tujuan awalnya, yaitu Fujian, China. Hal ini karena terminal penerima LNG di China yang harusnya menerima LNG perdana dari Tangguh hingga kini belum siap.

Padahal, LNG perdana Tangguh dijadwalkan akan mulai mengalir pada Minggu (28/6). Salah satu tujuan alternatif untuk pengalihan itu adalah ke Korea.

Promosi Kredit BRI Tembus Rp1.308,65 Triliun, Mayoritas untuk UMKM

“Malah sekarang mungkin sana (Fujian) yang belum siap. Kalau memang belum siap ya kami divert ke tempat lain dulu, misalnya Ke Korea,” kata Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro di Gedung Ditjen LPE, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta, Jumat (26/6).

Pembeli LNG Tangguh yang sudah berkontrak hingga kini antara lain adalah pembeli dari Fujian (China) dan dari Korea yaitu K-Power dan POSCO.

Direktur Jenderal Migas Evita Legowo pun mengaku masih belum tahu kemana LNG perdana Tangguh akan dikirim. Ia hanya memastikan bahwa pengiriman perdana LNG Tangguh akan dilakukan bulan Juli 2009.

“Itu kan ada kontrak ke Korea dan Cina, namun kita belum tahu pengiriman pertama kemana. Tapi sekarang sudah produksi. Sekarang Sedang mengisi tangki. Namun untuk ke tanker kita belum tahu kapan,” jelasnya.

Sedangkan terkait peluang revisi harga dengan pembeli Korea, Purnomo membenarkan hal tersebut.

“Kan begini, dulu dianggap Fujian dan POSCO rendah. Kemudian kami negosiasikan Fujian akhirnya bisa naik. Kemudian dinegosiasikan lagi bisa tiap empat tahun kami review lagi. Sekarang Korea mengikuti, jadi menyesuaikan dengan Fujian. Dan yang bagus mereka menyampaikan comfort letter bahwa mereka siap melakukan amandemen harga mengikuti Fujian,” ungkapnya.

Menurut Purnomo, review harga jual LNG ke Fujian bisa dilakukan setiap empat tahun sekali. Namun review harga jual LNG ke pembeli asal Korea bisa lebih fleksibel.

“Yang ini lebih fleksibel. Karena mereka kan belinya kecil sekali,” ungkapnya.

Sebelumnya, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro dalam paparan ke DPR menjelaskan pemerintah telah mendapat konfirmasi kesediaan perubahan harga kontrak dengan K-Power dan POSCO ke tingkat harga minyak sebesar US$ 38/barel JCC dari US$ 24/barel JCC.

“Selanjutnya pihak pembeli telah menyampaikan comfort letter kepada penjual (pemerintah) yang memungkinkan peninjauan harga gas bumi di masa yang akan datang,” kata Purnomo dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII, di Gedung DPR, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (26/6).

Terkait renegosiasi kontrak dengan pembeli di Fujian, Purnomo menyatakan pemerintah masih terus mengupayakan batas atas diatas harga minyak US$ 38 per barel.

“Kontrak  ini kan sifatnya jangka panjang maka dimungkinkan adanya perubahan isi kontrak dengan persetujuan kedua belah pihak, yang antara lain adanya peninjauan ulang mengenai harga gas bumi setiap 4 tahun,” ungkap Purnomo.

dtc/fid

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya