SOLOPOS.COM - Seorang petugas menunjukkan bakteri TB dalam tabung di Laboratorium Tuberkolosis Departemen Mikrobiologi FK UGM, Kamis (24/3/2016). (Abdul Hamied Razak/JIBI/Harian Jogja)

Tuberkolosis di Sleman jumlah pasien cukup tinggi.

Harianjogja.com, SLEMAN- Kasus TB atau Tuberkulosis di Sleman terbilang tinggi. Pemerintah pun dimasa-masa mendatang bertekad bebas TB.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Dinas Kesehataan (Dinkes) Sleman Mafilindati Nuraini mengatakan, kasus TB yang terjadi pada anak usia 0-14 tahun diperkirakan mencapai 6-12% dari seluruh kasus TB. Dinkes selama 2015 mencatat, kasus TB BTA positif sebanyak 415 atau 61% dari target 70%. Sementara angka kesembuhan 88% dari target nasional 85%.

“Jumlah seluruh kasus TB di Sleman selama 2015 sebanyak 710 kasus. Kasus TB anak sering disertai dengan status gizi yang kurang. Kondisi ini sangat perlu mendapatkan perhatian semua pihak,” ujarnya saat memperingati Hari TB Sedunia, Kamis (24/3/2016).

Ekspedisi Mudik 2024

Dia menjelaskan, sistem imunitas yang kurang mempengaruhi terjadinya infeksi atau sakit TB pada anak. Untuk membentuk imunitas yang baik, maka asupan gizi pada anak harus tercukupi. Salah satu upaya untuk mencukupi kebutuhan gizi anak adalah dengan membudayakan makan sayur dan buah setiap hari.

“Saat ini banyak makanan siap saji untuk bayi dan anak yang kurang memenuhi standar gizi. Maka perlu digalakkan kampanye makan buah dan sayur agar pemenuhan gizi anak dapat terwujud,” katanya.

Untuk menekan kasus TB, Dinkes akan terus meningkatkan penanganan TB di 25 Puskesmas dan 14 rumah sakit. Pemerintah bahkan akan mengembangkan rumah sakit khusus TB. Dia berharap, peringatan tersebut dapat mengingatkan semua pihak terkait bahaya penyakit TB. Dia berharap, muncul kepedulian masyarakat untuk memberantas penyakit tersebut.

“Dukungan, kepedulian dan peran serta berbagai pihak, baik itu penderita, keluarga penderita, masyarakat dan pihak lainnya harus ditingkatkan agar upaya penanganan penderita TB juga semakin efektif,” harapnya.

Terpisah, Ahli Mikrobiologi Klinis Fakultas Kedokteran UGM Titi Nuryastuti menilai, TB merupakan penyakit menular mematikan kedua setelah AIDS. TB, katanya, masih menjadi persoalan kesehatan serius bagi masyarakat dunia. Data WHO, pada 2014 menyebutkan terdapat sebanyak 9,6 juta orang menderita TB dan 1,5 juta di antaranya mengalami kematian. “Di Indonesia 10 hingga 30 orang di antara 1.000 penduduk terinfeksi TB setiap tahunnya. Ini cukup tinggi dan menempatkan Indonesia masuk empat besar negara penderita TB,” katanya.

Titik mengatakan, TB merupakan penyakit menular yang menjadi penyebab kematian kedua setelah HIV/AIDS. Upaya pemberantasan TB harus terus dilakukan agar kasusnya terus bisa ditekan. Pencegahan penularan TB bisa dilakukan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat seperti tidak merokok dan meningkatkan kebersihan lingkungan.

“Penderita TB di Indonesia terus bertambah sejalan dengan semakin meningkatnya penderita HIV/AIDS, diabetes militus, dan penyakit lain yang berkaitan dengan sistem imun,” terangnya.

Meski dapat menular, Titik mengatakan, TB merupakan penyakit yang dapat dicegah dan disembuhkan. Pencegahan dapat dilakukan dengan memutuskan rantai penularan dan mengobati penderita TB hingga sembuh total. “Penyakit ini dapat disembuhkan dengan menjalani pengobatan secara teratur hingga dinyatakan sembuh dengan waktu pengobatan berkisar 6-8 bulan,” katanya.

Untuk memastikan apakah seseorang terkena TB dapat dilakukan pemeriksaan dahak. Apabila hasilnya positif sebaiknya melakukan terapi TB secara kontinu. Pengobatan TB dapat dilakukan di puskesmas, rumah sakit dan BP4 yang diberikan secara gratis oleh pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya