SOLOPOS.COM - Ilustrasi tsunami. (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA – Aktivitas tektonik Indonesia merupakan salah satu yang paling aktif di dunia, sehingga menjadikan negara ini rawan bencana gempa bumi, letusan gunung berapi, hingga tsunami. Berdasarkan catatan sejarah, negeri ini sudah berulang kali disapu gelombang tsunami.

Dikutip dari laman geosciences.ui.ac.id, Kamis (2/12/2021), tsunami merupakan bencana alam yang disebabkan berbagai faktor, mulai dari longsoran, gempa bumi, aktivitas vulkanik gunung berapi, maupun tumbukan asteroid. Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Eko Yulianto memperkirakan bahwa tsunami di Indonesia terjadi setiap 1,3 tahun sekali. Perkiraan itu didasarkan catatan tsunami di masa lalu dalam artikel jurnal karya Parwanto dan Oyama yang diterbitkan di International Journal of Disaster Risk Reduction pada 2014.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Baca juga: Waspada! Ada Potensi Tsunami hingga Ketinggian 8 Meter di Cilegon

Dikutip dari Suara.com, Eko mengatakan tsunami yang terjadi di Aceh pada 2004 bukanlah kejadian pertama. Sebab, sejarah mencatat di masa lalu Indonesia sudah pernah disapu gelombang tsunami. Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), tsunami di Indonesia terjadi sejak tahun 416. Sejak 1608 sampai sekarang, Indonesia memiliki catatan tsunami lebih dari 246 kali.

Eko Yulianto menambahkan, data dan catatan tsunami di masa lalu bisa menjadi bekal dan bahan mitigasi bencana. Apalagi dalam 15 tahun terakhir rata-rata tsunami terjadi setiap dua tahun sekali. Meski demikian tsunami di tempat yang sama biasanya berulang setiap puluhan hingga ratusan tahun sekali.

Baca juga: Potensi Tsunami Megathrust Selatan Jawa Bisa Menyentuh Istana?

Rentang waktu yang panjang antara dua peristiwa tsunami menjadi salah satu penyebab banyaknya korban jiwa pada peristiwa tsunami di Aceh (2004), Pangandaran (2006), Mentawai (2010), dan Palu (2018).

Dia menambahkan, bencana gempa dan tsunami di Indonesia berpotensi berulang, sehingga patut diwaspadai. Menurut penelitian MacCaffrey (2008), masa perulangan gempa bumi magnitudo besar yakni megathrust Sunda sebelah barat Sumatera yakni 525 tahun, dan magnitudo 9,6 dari megathrust selatan Jawa Bali Nusa Tenggara adalah 675 tahun.

Baca juga: Daftar 25 Wilayah Rawan Tsunami di Pulau Jawa, 4 di Jateng Termasuk Wonogiri

Tsunami Cilegon 

Sementara kabar terbaru menyebutkan ada potensi tsunami di Cilegon, Jawa Barat, yang diprediksi terjadi pada akhir tahun, saat Natal dan Tahun Baru. Informasi yang beredar di media sosial itu pun diklarifikasi oleh BMKG.

Pihaknya menyebut kabar tentang prediksi tsunami Cilegon setinggi 8 meter itu merupakan bagian peta risiko, bukan prediksi yang kepastiannya dapat dibuktikan.

Baca juga: Tak Cuma Pacitan, Wonogiri Juga Berpotensi Tsunami Besar

Koordinator Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan hal tersebut bukan bermaksud memprediksi kejadian pada natal dan tahun baru. “BMKG bukan bermaksud memprediksi. Tetapi bencana dapat terjadi kapan saja, dimana saja karena potensi itu memang ada,” ujarnya dikutip dari akun Twitter, sebagaimana dikabarkan Bisnis.com.

Dia juga menjelaskan zona rawan gempa dan tsunami di Indonesia juga banyak, bukan hanya Cilegon saja. Menurutnya, kejadian gempa bumi dan tsunami belum bisa diprediksi, tetapi bisa dimodelkan potensi bahayanya dengan skenario terburuk sebagai acuan mitigasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya