SOLOPOS.COM - Tri Wulansari (istimewa)

Tri Wulansari (istimewa)

Tri Wulansari tak pernah menduga. Keikutsertaannya pada Lomba Dongeng Pendidik Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di tingkat Kecamatan Laweyan dan Kota Solo belum lama ini membawa hasil. Meski tak meraih juara pertama, perempuan yang biasa disapa Sari itu mengaku benar-benar sangat bersyukur.

Promosi Championship Series, Format Aneh di Liga 1 2023/2024

“Di tingkat kecamatan, saya juara dua dan di tingkat Kota Solo menjadi harapan pertama. Motto saya yang penting tetap semangat dalam menjalani hidup. Teman saya yang juara satu di tingkat kecamatan tidak mendapat apa-apa di tingkat kota,” kata Sari saat ditemui Solopos.com di tempat tinggalnya di Karangasem, Laweyan, Solo, Selasa (29/5/2012).

Perempuan kelahiran Solo, 30 Januari 1985 itu awalnya terkejut ketika ditunjuk ikut dalam lomba dongeng tersebut. Pada pertemuan Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (Himpaudi) Kecamatan Laweyan beberapa waktu lalu, ada pengumuman akan ada lomba dongeng. Namun, waktu itu tidak ada yang mengajukan diri sehingga akhirnya ditunjuk.

Awalnya, Sari kurang bersedia ikut lomba karena merasa tidak memiliki kemampuan mendongeng yang bagus. Selama ini, dia belajar secara otodidak.

“Anak-anak itu senang dengan dongeng. Melalui dongeng, bisa memberikan stimulasi bagi anak-anak. Daripada disuruh menulis dan membaca, anak-anak lebih senang mendengarkan dongeng. Anak bisa lebih menangkap isi dongeng,” terang anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Panut dan Sudarsi itu.

Alumnus SD Muhammadiyah 16 Solo dan SMPN 25 Solo itu sebenarnya tidak bercita-cita menjadi guru. Lulusan Jurusan Perhotelan SMKN 4 Solo tersebut awalnya berharap bisa bekerja di hotel, misalnya di bagian front office (FO) maupun menjadi waiter. Namun, ayahnya tidak setuju jika Sari kerja di hotel.

Sebab, ada penilaian yang kurang bagus dari sebagian warga kampungnya jika ada perempuan yang kerja di hotel. Istri Muhammad Badrudin itu sebenarnya kecewa karena tidak mendapatkan izin dari ayahnya. Tapi, dia berusaha mengikuti apa yang diinginkan ayahnya itu.

Atas saran dari tetangganya, ibunda Muhammad Nabil Fathur Rahman ini pun kemudian mengikuti kursus di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Pasar Kliwon, Solo sekitar enam bulan. Dari situlah, akhirnya Sari kemudian mengajar di TK Aisyiyah 56 Baron, Laweyan kurang lebih dua tahun. Kini, dia mengajar di Pos PAUD Nusa Indah, Baron.

Prestasi lewat lomba dongeng itu tidak membuat Sari cepat puas. Dia berharap bisa terus memperbaiki kemampuan mendongengnya agar lebih bermanfaat.

Nadhiroh/JIBI/SOLOPOS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya