SOLOPOS.COM - Dhania Larasati Barus (Espos/Adib Muttaqin Asfar)

Dhania Larasati Barus (Espos/Adib Muttaqin Asfar)

Mengenal budaya yang berbeda sering kali membuat shock. Begitu pula yang dialami oleh Hemy Suzana, lulusan Sastra Inggris UNS yang kini aktif di Explore Solo Community, belum lama ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Saat itu Hemy kebagian jatah melakukan survei untuk merencanakan sebuah paket tur ke Singapua. Bagi turis yang mengikuti paket wisata, keliling Singapura menjadi hal yang menyenangkan. Sedangkan bagi Hemy yang seorang diri ke sana, perjalanan itu menjadi pengalaman yang mendebarkan.

Bagaimana tidak, dia sama sekali belum pernah memiliki pengalaman melakukan perjalanan keluar negeri. Mulai dari rasa deg-degan hingga culture shock (gegar budaya) yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.

“Turun di Bandara Changi, saya sempat khawatir karena sudah pukul 22.00. Padahal MRT (mass rapid transportation, angkutan massal di sana) berhenti jika sudah pukul 23.00,” katanya.

Beruntung ada seseorang asal Jakarta yang bersedia mengantarnya sampai ke tempat penginapan. Tempat itu bukan hotel melainkan hostel yang dikenal dengan dormitory. Di sinilah kejutan itu berasal. Belum apa-apa ada seorang laki-laki yang memanggilnya. “Dia menawarkan apakah saya mau melihat “wisata malam” di sana. Terang saja saya menolaknya.”

Kebetulan tempat yang biasa dipakai menginap oleh para backpacker itu memiliki sepuluh tempat tidur setiap kamar. Biasanya ada yang khusus perempuan atau laki-laki. Namun yang dipilih oleh Hemy adalah kamar mix dengan penghuni campuran laki-laki dan perempuan. Di dalam penginapan, Hemy pun kembali menemui kejadian yang membuatnya agak shock.

“Suatu pagi saat bangun tidur, ternyata ada pasangan bule yang baru saja habis ‘begituan’. Oh, itu benar-benar bikin saya shock,” kenang Hemy.

Sebagai perempuan, dia juga merasakan bahwa keberadaannya di tempat asing memang agak rawan. Salah satunya saat dia berkenalan dengan seorang laki-laki Filipina di Singapura. Pertama kali orang Filipina ini memang mengajak berteman namun lama-lama malah curhat dan terus mendekatinya. “Eh, ujung-ujungnya malah ngajak ke hotel. Terpaksa saya tolak dengan halus.”

Kejutan karena perbedaan budaya juga sempat dirasakan oleh Muhammad Yusuf Rohmad Basuki, salah satu pendiri Explore Solo Community. Yusuf adalah seorang traveler yang banyak pengalaman menjelajahi berbagai tempat di Indonesia dan luar negeri. Namun yang paling membuatnya terkesan adalah saat mengelilingi Eropa Barat selama 28 hari pada Juli-Agustus tahun lalu.

“Ceritanya saat itu saya berkunjung ke tempat Mas Taufiq (dosen Sastra UNS) yang kuliah di University of Utrecht, Belanda. Kami berdua berkeliling Eropa,” kenang Yusuf.

Perjalanan melalui 22 kota di 18 negara itu dimulai dari Utrecht. Keduanya bertemu di Paris dan menuju Utrecht untuk bersiap-siap. Dari sana mereka naik kereta trans Eropa yang menghubungkan seluruh kota-kota yang mereka kunjungi.

Dengan “hanya” bermodal 2.000 Euro, mereka membiayai perjalanan. Salah satu cara yang mereka lakukan adalah sering tidur malam di dalam kereta. Hanya sesekali mereka menyewa penginapan saat mampir agak lama di sebuah kota.

Perjalanan seperti ini memang sangat mengandalkan jadwal kereta yang sangat tepat. Itu juga yang membuat mereka kagum dengan sistem transportasi di sana. Sayangnya karena kereta yang selalu tepat waktu itulah mereka sempat ditinggal kereta. “Saat itu di Roma, gara-gara kelelahan, kami bangun kesiangan.”

Selain kekaguman, ada pula pengalaman yang tidak mengenakkan dalam perjalanan itu. Karena perjalanan kereta antarnegara, para penumpang selalu dicek identitas mereka setiap melintasi perbatasan. Menurut Yusuf, kejadian paling tidak mengenakkan adalah saat memasuki Swedia karena petugas perbatasan memeriksa dengan anjing pelacak. “Bagi saya itu sangat menegangkan karena saya belum pernah mengalami sebelumnya. Mereka itu agak rasis.”

Karena tampak berasal dari Asia, mereka juga sempat diawasi oleh para petugas. Sempat juga mereka diperiksa cukup lama di smoking area karena alasan yang tidak jelas. “Lama sekali, padahal saat itu kereta kami sudah mau berangkat.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya