SOLOPOS.COM - Pekerja berjaga di Jl. Gatot Subroto, Serengan, untuk menghalau kendaraan roda empat yang masuk jalan tersebut, Kamis (13/10/2016) pagi. (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Transportasi Solo, sopir angkuta mengeluhkan pemberlakuan buka tutup Jl. Gatsu.

Solopos.com, SOLO — Penerapan sistem buka tutup Jl. Gatot Subroto (Gatsu) ruas perempatan Singosaren hingga Ngarsopuro dikeluhkan sejumlah sopir angkutan perkotaan (angkuta).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pembatasan akses kendaraan selama beberapa waktu terakhir membuat omzet mereka anjlok hingga 30%.  Pantauan Solopos.com di Jl. Gatsu, Kamis (24/11/2016) siang, sejumlah pekerja dari kontraktor pelaksana proyek sempat mengoperasikan alat berat hingga memakan sebagian besar ujung Jl. Gatsu ruas perempatan Singosaren.

Ekspedisi Mudik 2024

Petugas Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) yang berjaga di perempatan itu menutup sementara akses masuk kawasan bisnis Singosaren dengan barikade dan mengarahkan pengendara lewat jalan lain.
Sebagian pengguna jalan memilih memutar dan mengambil jalur alternatif lewat Jl. dr. Radjiman. Sebagian yang lain, termasuk sejumlah sopir angkuta 01A dan 06 memilih mencari jalur pintas lewat jalan kampung di Kelurahan Kemlayan via Jl. Sukoreno, Jl. Bedoyo, Jl. Slamet Riyadi Ngarsopuro.

Lalu lintas di jalan perkampungan yang dijadikan jalur alternatif tersebut tersendat. Koordinator Paguyuban Angkuta 06 Solo, Triyono Klenteng, menyampaikan buka tutup jalan untuk pembangunan koridor Gatot Subroto berdampak pada operasional tiga trayek angkuta.

“Trayek yang terganggu dari 07, 01A, dan 06,” katanya saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis siang.

Dia mengemukakan selama penutupan jalan berlangsung, sopir angkuta yang biasanya mengambil penumpang dan melintasi kawasan bisnis tersebut mengambil jalan pintas atau jalan lain yang tidak sesuai trayek biasanya.

“Banyak penumpang dan pelanggan kami yang protes juga dengan perubahan jalur sementara. Tapi bagaimana lagi, kami terpaksa memutar lewat jalan kampung atau kalau jalan kampung padat, kadang ada yang memutar sampai Pasar Kembang,” jelasnya.

Menurut Triyono, selama sistem buka tutup jalan diberlakukan, sopir angkuta yang biasa melintasi trayek “basah” tersebut harus menanggung kerugian. “Omzet kami turun sampai 30% karena harus memutar, kehilangan pelanggan, tambah konsumsi bahan bakar, dan waktu tempuh lebih lama,” beber dia.

Dia berharap pembangunan koridor yang digelontor anggaran Rp14 miliar itu segera rampung. “Harapan kami pembangunan benar-benar kelar sesuai rencana. Karena kalau waktunya molor, bukan hanya pemilik usaha di sana yang dirugikan, tapi juga pengguna jalan, sampai sopir angkuta seperti kami,” ujar dia.

Salah seorang sopir angkuta jurusan 01A, Danang, 53, juga mengeluhkan dampak pembangunan koridor Gatot Subroto. “Tentu saja berpengaruh. Kalau jalan sedang ditutup, kami harus putar-putar lewat jalan kampung. Waktunya jadi molor,” keluh dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Solo, Endah Sitaresmi Suryandari, optimistis pekerjaan pembangunan koridor Gatsu akan selesai tepat waktu pada akhir tahun ini. “Saat ini pembangunan sudaha memasuki tahap akhir. Progresnya 80%. Kami optimistis bisa selesai tepat waktu,” kata Sita, sapaan akrabnya, saat ditemui sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya